TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi lalu lintas yang padat membuat para pengemudi “berebut” jalan. Saling mendahului atau menyalip, memotong jalan atau lajur kendaraan lain, sampai sahut-sahutan klakson, seolah sudah lumrah terjadi.
Satu-dua kali jalan kita dipotong pengendara lain, mungkin masih bisa memaafkan. Tapi bagaimana jika penyerobotan jalan itu sampai membuat kita syok atau terguncang? Mungkin ingin rasanya menumpahkan amarah dengan memaki orang yang menyerobot jalan kita, tapi dia sudah kabur. Mendadak berhenti juga membikin macet semakin parah. Namun meneruskan perjalanan dengan kondisi kejiwaan yang masih kalut bukanlah langkah yang bijak.
Lantas, apa yang mesti kita lakukan? Consumer Product and Trade Marketing Manager Goodyear Afrianti Puspitarini mengatakan pengendara yang merasa syok di jalan sebaiknya menenangkan diri dulu sebelum melanjutkan perjalanan. “Mending minggir dulu sebentar,” kata Afrianti di sela pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show di Tangerang Selatan, Sabtu, 13 Agustus 2016.
Jika membutuhkan waktu untuk menenangkan diri, sesaat setelah terkejut, pengemudi sebaiknya menyalakan lampu sein kiri untuk menepi. “Jangan buru-buru menyalakan lampu hazard di tengah jalan karena pengendara lain tak tahu kita ingin ke arah mana,” ujarnya. Setelah menepi dengan sempurna, barulah menyalakan lampu hazard atau lampu darurat.
Nah, proses menenangkan diri dimulai. Menurut Afrianti, pengendara yang mengalami syok disarankan mengatur napas dulu. “Tarik napas, lalu keluarkan. Hitung mundur dari sepuluh sampai selesai,” ujarnya. “Bisa juga dilakukan sembari beristigfar.”
Apabila membawa air minum, segera minum secara perlahan. Atau, pengemudi bisa menghubungi orang yang bisa diajak berbagi atau curhat ihwal pengalaman yang tidak menyenangkan di jalan tadi. “Bisa telepon teman, suami, orang terdekat, atau posting di grup lingkaran pertemanan, misalnya, untuk memberi tahu apa yang terjadi,” ujarnya.
Saat kondisi psikis sudah mulai tenang, baru teruskan perjalanan. “Jangan meneruskan perjalanan sebelum benar-benar tenang,” katanya. “Kalau masih perlu istirahat, istirahatlah.”
Ketenangan dalam berkendara dan kondisi mobil yang prima, Afrianti melanjutkan, menjadi tanggung jawab pengemudi untuk dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya. “Taruhannya nyawa kita dan orang-orang di sekitar,” katanya.
RINI K
Berita lainnya:
10 Tanda Anak Bergizi Baik
Ada Wine Halal dari Tanah Gayo, Penasaran?
Beda Penanganan Noda Kosmetik, Makanan, dan Keringat