TEMPO.CO, Jakarta - Kain endek, seperti pada umumnya kain tenun, dibuat dengan teknik ikat. Benang-benang yang akan digunakan harus lebih dulu diikat sesuai dengan pola. Bila pengerjaannya manual, butuh waktu berhari-hari, bahkan seminggu, untuk membuat pola pada kain tenun khas Bali ini.
Dengan bantuan teknologi, seorang pemilik pertenunan, I Nyoman Sudira, lebih dulu membuat desain di layar komputer dengan program coral draw dan mencetak di selembar bahan untuk spanduk. Kini, hanya dalam 5 menit, pola sudah berpindah ke atas pintalan benang. "Dulu, memindahkan pola itu perlu waktu seminggu, karena satu jam saja sudah pegal. Kan pakai spidol untuk membuat garis satu per satu," kata Nyoman, seperti dikutip dari Travelounge edisi Juli 2016.
Baca Juga:
Nyoman mengatakan, dengan teknologi, coraknya bisa dibuat variatif. Dia mengungkapkan, tenun endek punya motif asli, di antaranya wajik atau ceplok. Namun, secara umum, coraknya meniru pola songket yang kebanyakan, seperti bentuk alam, termasuk flora dan fauna. Bagi umat Hindu, kembang melambangkan kesucian hati, sedangkan fauna atau karang banyak melambangkan sifat dewa. Di samping juga corak dari tokoh pewayangan.
Yang menjadi corak khas Gelgel adalah burung merak, bintang, bulan-bulan, digabung dengan motif kembang-kembang atau sulur alias tumbuhan menjalar. Soal warna, trennya berubah-ubah. Untuk tahun ini, trennya merah muda.
Di Desa Sulang, Kecamatan Dawan, tepatnya di Gerai Endek Gurita, kemunculan tenun dibarengi teknik lukis dengan corak kupu-kupu dan bunga. Walhasil, ini menjadi label karena perpaduan seni tenun dan lukis membuat endek lebih berwarna.
TRAVELOUNGE
Berita lainnya:
3 Cara Bertahan Hidup Saat Bokek
Anak di Atas 5 Tahun Masih Ngompol, Itu Tidak Normal
Jelajah Kuliner Laut Sampai Dengkul Sapi di Pangandaran