Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tahu Talaga, Lebih dari Sekadar Tahu Biasa

image-gnews
Warung Talaga Bandung. kulinerbdg.com
Warung Talaga Bandung. kulinerbdg.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Bandung kota dikenal sebagai pusat wisata kuliner. Jajanan apa pun mudah ditemui. Dari batagor sampai brownies, dari steak sampai tahu.

Jika Anda penggemar tahu dan ingin menyempurnakan predikat itu, silakan singgah ke Tahu Talaga di Jalan Sudirman 227 Bandung, Jawa barat. Di tempat ini, Anda akan menjumpai aneka tahu warna kuning dan putih yang membangkitkan selera. Tahu ini dikenal higienis, selain tentu saja nikmat dan niscaya langsung berjodoh dengan selera Anda.

Tak sulit menemukan alamat pabrik tahu ini. Tempatnya di salah satu jalan protokol kota Bandung, dan tak jauh dari sudut paling eksotis di Bandung, Jalan Braga. "Kami mungkin satu-satunya pabrik yang diizinkan berdiri di dalam kota," kata A. Hendra Gunawan, pemilik Tahu Talaga, awal Agustus 2016. 

Hendra adalah generasi ketiga dari pemilik bisnis tahu yang sudah menjadi salah satu bab menarik dari kisah-kisah sukses nan inspiratif di kota Bandung. Didirikan pada 1938 oleh Liu Phak Phine, tahu ini awalnya dinamai "Yun Sen" yang artinya 'seterusnya maju'.

Liu Phak Phine yang adalah kakek dari Hendra. Ia menyulap bangunan menjadi rumah sekaligus pabrik tahu yang awalnya dia kelola bersama sang istri, Mak Ilot, perempuan Sunda dari Talaga, Cikijing, Majalengka. Keduanya kompak merintis bisnis ini hingga membentuk salah satu dinasti bisnis tahu terkemuka di Bandung.

Talaga akhirnya menggantikan nama "Yun Sen". Lalu, pada 2000, estafet bisnis diteruskan kepada Hendra. Pria berbadan tegap berusia 48 tahun lulusan Teknik Mesin, California State University, Long Beach, Amerika Serikat ini, kemudian melakukan modernisasi manajemen produksi dan pemasaran Tahu Talaga. Serta menetapkan standard produksi dan kualitas produk.

Bersama adiknya, Fifi Yuliana, Hendra juga tak henti berinovasi menciptakan hal-hal baru dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk konsumsi makanan sehat. Dua dari inovasi mereka adalah tahu organik dan situs jajanan sehat cukup terkenal di Bandung, Warung Talaga.

Umumnya inovasi Tahu Talaga mendapat sambutan hangat pelanggan. Konon hampir seluruh pelanggannya adalah para pembeli dan konsumen fanatik Tahu Talaga. "Di sini tahunya segar terus, enggak mau ke lain hati," kata Andri Leman, pria berusia sekitar 28 tahun yang bertempat tinggal di Jalan Kejaksaan, Bandung. "Sejak zaman kakek saya, keluarga saya selalu membeli tahu ini."

Pengakuan serupa disampaikan Fransiska ibu dua anak yang kerap menyempatkan diri singgah di pabrik Tahu Talaga demi membeli tahu favoritnya. "Saya suka tahu kuningnya," kata dia.

Lorong sempit di antara dua bangunan besar Jalan Sudirman itu memang tak pernah sepi dari pengunjung. Mobil-mobil para pecinta fanatik tahu ini bergantian parkir di depan gang sempit itu.

Hendra beruntung dianugerahi loyalitas mereka. "Sebanyak 80 persen pelanggan kami adalah penggemar fanatik Tahu Talaga," klaim Hendra. Sebenarnya tak tepat menyebut ini keberuntungan, karena loyalitas pelanggan ini adalah buah manis dari keluarga Tahu Talaga memelihara kepercayaan pelanggan dengan menjaga kualitas tahunya. Sejak zaman kakeknya, sampai sekarang, Hendra tak pernah mau kompromi tentang kualitas tahunya hanya demi untung besar belaka. 

Merekapun tak tertarik mengubah bisnisnya menjadi masif karena khawatir tak dapat lagi menjaga kualitas dan eksklusifitas. Mereka mengharamkan diri mereka mempermainkan kepercayaan pelanggan, tak peduli para pesaing jor-joran berekspansi. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kalau konsumen sudah percaya, jangan sekali-kali membohongi mereka karena begitu mereka dibohongi, mereka tak akan kembali lagi, dan Anda akan sulit mendapatkan lagi kepercayaan mereka," kata Hendra. Suami dari Magdalana Tri Sunaryanti dan ayah dari dua anak ini menyebut kepercayaan konsumen sebagai modal terbesar bisnisnya.

Bahkan, demi kualitas produk dan loyalitas pelanggan itu Tahu Talaga tak segan membayar mahal untuk mendapatkan bahan baku-bahan baku terpilih yang dipastikan dapat menjaga kualitas dan higienis tahu, kendati akhirnya membuat Tahu Talaga terlihat lebih mahal.

Pemilik Tahu Talaga sadar bahwa bahan bermutu tinggi tak selalu harus diimpor. Mereka percaya negerinya, Indonesia, menyediakan bahan berkualitas tinggi. Tak heran mereka menyukai bahan dan produk lokal, tepatnya bahan lokal terbaik.

Mereka senang bermitra dengan pihak lokal, salah satunya menggandeng para petani Jawa Timur yang dipilihnya karena bisa diandalkan dalam turut menjaga mutu tinggi tahu mereka. "Kami berani memberi harga mahal kepada petani demi kualitas produk kami," kata Hendra.

Kendati harga tinggi untuk petani membuat produk Tahu Talaga terlihat lebih mahal, para pelanggan antusias menyambut setiap inovasi baru Tahu Talaga, antara lain tahu organik dan berbagai menu terkini kuliner tahu.

Hendra tak ingin tergoda melebarkan sayap bisnis secara instan untuk hadir di mana-mana. "Kami konservatif, ingin terus berkembang seperti yang lain, tetapi kami tak mau melakukannya dengan cara menjadi ekor orang lain. Kami ingin lain dari yang lain," kata Hendra, diiringi tawa lepas rasa optimisme dan percaya diri. Ia yakin mampu menciptakan hal-hal baru.

Menurut Hendra, Tahu Talaga menginginkan perkembangan usaha dalam bingkai bisnis yang hati-hati dan enggan semata tunduk kepada dinamika masa. "Ada pelajaran ekonomi yang enggak bisa dipelajari di sekolah, yakni kalau ada di mana-mana, kami tidak lagi dianggap spesial," kata Hendra.

Dalam banyak hal, tahu ini memang spesial, antara lain karena selalu terjaga tetap segar. Dengan bahan dasar kedelai 3-4 kuintal per hari untuk menghasilkan ribuan potong tahu, ditambah kunyit yang sudah menjadi simbol kedekatan Tahu Talaga dengan alam dan upayanya menjaga jarak dari bahan dasar kimiawi buatan, Tahu Talaga dirancang untuk dijual dalam keadaan segar dan higienis. 

"Kami hanya membuat tahu pagi untuk dihabiskan siang, lalu bikin siang untuk sore. Tak ada yang ditaruh berjam-jam. Kami selalu fresh (segar)," kata Hendra. Tahu Talaga kerap menjadi bahan ajar dan inspirasi banyak kalangan, dari sekolah, kampus sampai pemerintahan daerah.

ANTARA

Berita lainnya:
Resep Cake Merah Putih ala Sisca Soewitomo
Limbah Tahu Ternyata Bisa Menghasilkan Suplemen
Mau Mewarnai Makanan, Cek Daftar Pewarna Makanan Alami

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Inilah 50 Restoran Terbaik Asia 2024

23 hari lalu

Restoran Sezanne Tokyo. Instagram/Sezannetokyo
Inilah 50 Restoran Terbaik Asia 2024

Acara penghargaan restoran terbaik Asia ini diadakan pada Selasa malam, 26 Maret 2024 di Seoul di Grand InterContinental Seoul Parnas.


PPKM Seluruh Indonesia Diperpanjang, Ini Daftar Lengkap Poin Aturannya

10 Mei 2022

Petugas Satpol PP melakukan razia masker di depan Stasiun Klender, Jakarta, Selasa, 10 Mei 2022. Pemerintah memastikan akan terus memperpanjang masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) se-Indonesia hingga waktu yang belum ditentukan. Untuk PPKM Jawa-Bali diperpanjang hingga 23 Mei 2022. TEMPO/Muhammad Hidayat
PPKM Seluruh Indonesia Diperpanjang, Ini Daftar Lengkap Poin Aturannya

Terdapat beberapa poin penting dalam aturan terbaru mengenai perpanjangan PPKM se-Indonesia.


Dinas Pariwisata Sebut Artis Top Dilarang Live Music di Restoran & Kafe, Sebab..

27 Agustus 2020

Ilustrasi wanita ke kafe usai bekerja. shutterstock.com
Dinas Pariwisata Sebut Artis Top Dilarang Live Music di Restoran & Kafe, Sebab..

Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta' Gumilar Ekalaya menjelaskan larangan mendatangkan artis top ke restoran & kafe.


Asosiasi Restoran Amerika Rilis Pedoman Operasional Baru

30 Mei 2020

Ilustrasi pelayan membersihkan meja restoran. Shutterstock
Asosiasi Restoran Amerika Rilis Pedoman Operasional Baru

Pedoman baru operasional restoran selama wabah corona ini berlaku untuk pemilik, pegawai, dan pengunjung.


Uniknya Physical Distancing di Restoran, Pakai Topi Bersungut

18 Mei 2020

Ilustrasi wanita menikmati makanan di restoran. Unsplash/Pablo Merchan
Uniknya Physical Distancing di Restoran, Pakai Topi Bersungut

Pengelola restoran berkreasi dengan tetap menerapkan physical distancing atau jarak antar-individu.


Menikmati Nuansa Vintage di Legend Coffee Malioboro

18 Maret 2019

Legend Coffee. TEMPO | Muh. Syaifullah
Menikmati Nuansa Vintage di Legend Coffee Malioboro

Legend Coffee, sebuah tempat kongkow asik di tengah Kota Yogyakarta, berdekatan dengan kawasan Malioboro.


Hari Raya Imlek, Coba Menu Kantonis di Restoran Hakkasan

5 Februari 2019

Beef Merlot di Hakkasan Jakarta, Hotel Alila SCBD Jakarta. (dok. Hakkasan Jakarta)
Hari Raya Imlek, Coba Menu Kantonis di Restoran Hakkasan

Restoran Hakkasan bertempat di lantai 25 dan 26 Hotel Alila SCBD dan baru dibuka pada Jumat, 8 Februari 2019.


Ketahui Rasa Gelato yang Rentan Mengandung Rum dan Alkohol

1 Oktober 2018

Gelato di restoran Iceberg Caffe Pizza and Gelato di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. TEMPO | Rini K
Ketahui Rasa Gelato yang Rentan Mengandung Rum dan Alkohol

Restoran Iceberg Caffe Pizza and Gelato ini sengaja menyesuaikan pakem rasa gelato dengan penduduk Indonesia yang sebagian besar muslim.


Ngopi atau Ngeteh di Kafe Pinggir Danau

29 April 2018

Ice Latte khas Anthology Coffee & Tea. tabloidbintang.com
Ngopi atau Ngeteh di Kafe Pinggir Danau

Belum dua bulan dibuka, keberadaan kafe di kawasan Sentul ini sudah diketahui banyak orang.


Menikmati Kopi Racikan Barista Kopilot

21 April 2018

Sebuah kreasi Latte Art berbentuk bunga disajikan di dalam segelas kopi latte yang dibuat di kedai kopi Cafe Competence Center di Vienna, Austria, 4 Mei 2017. REUTERS
Menikmati Kopi Racikan Barista Kopilot

Kafe di Jakarta Timur mungkin belum semeriah di wilayah Jakarta lainnya. Namun berbahagialah warga setempat punya Kopilot di Cipayung.