TEMPO.CO, Jakarta - Sejak kecil, Pradikta Wicaksono sudah “jatuh cinta” pada kucing. Personel grup Yovie & Nuno itu telah mengarungi hidup bersama sepuluh kucing. Saat ini, Dikta, 30 tahun, tinggal seatap bersama Jimbon, peranakan Maine Coon dan Persia.
Menurut Dikta, Jimbon tidak merepotkan. Bahkan lajang itu kerap meninggalkan kucing berbulu lebat tersebut sendirian di rumah. Asalkan makanan dan minumannya tersedia, penyejuk udara dan televisinya menyala, Jimbon anteng. “Saya biasakan dengan pola kerja saya,” ujar Dikta dalam diskusi kesehatan kucing pada peringatan International Cat Day atau Hari Kucing Internasional, 8 Agustus lalu, di Jakarta.
Dokter hewan Angela Maharani mengatakan memelihara kucing memiliki segudang manfaat. Berinteraksi dengan si meong bisa meredakan stres, bikin tidur lebih nyenyak, dan mengurangi rasa kesepian. Satu musababnya, kucing mengeluarkan dengkuran berfrekuensi 20-150 Hertz yang berefek menenangkan manusia. Lengkuran tersebut muncul saat kucing merasa senang, seperti ketika dielus-elus, disusui, dan dipeluk.
Nah, bagi Anda yang ingin merasakan mengadopsi kucing, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Berikut ini masukan dari dokter Angela.
1. Komitmen
Hidup bersama kucing butuh komitmen jangka panjang. Kucing rumah bisa hidup sampai 15 tahun. Jangan sampai Anda berubah pikiran di tengah jalan, lalu menelantarkannya. ”Jadilah pemilik kucing yang bertanggung jawab,” kata Angela.
2. Periksa dan Karantina
Apa pun ras kucing Anda, periksakan ke dokter hewan sebelum membawanya ke rumah. Begitu sampai, beri si meong dua pekan sampai satu bulan untuk beradaptasi. Selama masa itu, jangan biarkan hewan lain mendekatinya. Kucing juga pantang dimandikan selama masa karantina karena akan membuatnya stres.
3. Pakan
Hal penting yang harus diingat adalah hati dan ginjal kucing bisa terganggu akibat mengkonsumsi makanan manusia. Anda bisa memberikan pakan siap pakai atau mengolahnya sendiri, misalnya hati sapi rebus tanpa garam. Pantang menyuguhkan kucing daging mentah karena bisa berakibat toksoplasma. Percayalah, kucing tak akan bosan dengan merek makanan yang sama. "Justru dengan makanan yang tetap, pemilik jadi tahu ketika kucing sakit karena dia jadi malas makan," kata Angela.
Pakailah tempat makan yang lebar dan datar. Sebab, kucing tak suka kumisnya tersentuh obyek, misalnya pinggiran cawan.
Baca juga:
4. Tempat Kotoran
Barang wajib bagi pemelihara kucing adalah litter box alias wadah pasir tempat mereka buang air. Bersihkan litter box sesering mungkin dengan cairan pemutih. Ini merupakan pemutus mata rantai--kalau ada--toksoplasma. Parasit toksoplasma keluar dari tubuh kucing lewat feses dan bisa menempel di bulunya, lalu menular ke manusia. Pengamanan lapis kedua adalah membunuh parasit itu lewat sabun dan air. "Maka, selalu cuci tangan setelah bermain dengan kucing dan sebelum makan," kata Angela.
5. Tempat Mencakar
Kucing terlahir dengan naluri mencakar. Maka sediakan fasilitas untuk menyalurkan hasrat tersebut. Bisa beli jadi atau melilit kayu dengan tambang. Jika tidak, siap-siap sofa Anda jadi korban.
6. Sterilisasi
Pemandulan bermanfaat untuk menghindarkan kucing dari berbagai infeksi pada organ reproduksi, komplikasi kebuntingan, serta kanker pada kelenjar mamae pada betina dan testis pada jantan. Dampak lain adalah mencegah kucing pipis sembarangan dan sakit yang diakibatkan berahi. Kucing juga menjadi lebih jinak dan tidak agresif. Untuk betina, kata Angela, sterilisasi dilakukan saat kucing berumur 6 bulan. Sedangkan pemandulan jantan dilakukan setelah dua bola testisnya turun.
NUR ALFIYAH