TEMPO.CO, Jakarta - Dengan dalih mempersiapkan anak agar dapat menghadapi kehidupannya di masa depan, orang tua memberikan les untuk membantu anak optimal dalam belajar. Banyak orang tua menyuruh anaknya mengikuti berbagai kegiatan. Bahkan anak yang masih baru masuk taman kanak-kanak mulai didaftarkan les membaca, menulis, dan berhitung. Belum lagi les musik, tari, renang, sampai panahan. Aktivitas anak menjadi padat.
Fenomena ini lantas mengingatkan kita pada isu panas yang menghebohkan pada 2014. Ketika itu, beredar sebuah cerita tentang anak kecil berusia enam tahun yang terpaksa masuk rumah sakit jiwa karena terlalu banyak mengikuti les. Entah kabar ini benar atau bohong, tapi hal semacam ini dapat menimpa anak yang kebanyakan les.
“Bisa banget (anak menjadi stres),” ujar Anggia Chrisanti, konselor dan terapis di Biro Konsultasi Psikologi Westaria yang juga sering menangani masalah anak di Kementerian Sosial. “Terutama jika orang tua tidak segera menyadari apa yang terjadi pada anaknya dan tidak memberikan penanganan yang tepat."
Padahal, Anggia menjelaskan, ada pertanda awal yang menunjukkan anak sedang stres karena kebanyakan les atau belajar. Berikut ini beberapa gejala seperti disampaikan Anggia.
- Fisik
Secara fisik, anak yang stres karena belajar akan sering sakit. Sakit apa pun, entah itu sakit perut, mag, sakit gigi, sakit kepala, atau demam.
- Psikis
Secara psikis, anak akan sering terlihat muram, mudah menangis, tidak ceria, dan mudah marah atau tersinggung.
- Perilaku
Anak yang stres akan bicara kasar, banyak diam, susah tidur, susah bangun, atau menjadi game addict.
Jika orang tua mendapati tanda-tanda tersebut pada anak, perhatikan apakah pola dan rutinitas belajarnya perlu ada yang diperbaiki.
TABLOIDBINTANG
Berita lainnya:
6 Cara Terbebas dari Stres
Anda Stres atau Tidak, Kenali Gejala Berikut
10 Kegiatan Menyenangkan untuk Menghilangkan Stres