TEMPO.CO, Jakarta - Ukurannya lebih kecil dari jenis serabi kebanyakan. Diameternya hanya sekitar 1,5 sentimeter. Kue khas Sunda yang terbuat dari tepung beras super dicampur adonan kelapa parut nan lembut itu bentuknya bulat mangkuk. Warnanya khas, putih kehitam-hitaman.
Karena ukurannya yang kecil itulah serabi tersebut lalu populer disebut serabi unyil. Serabi ini buatan Maman Candil, warga Subang, Jawa Barat. Selama Ramadan, serabi ini paling banyak dicari. Karena bentuknya yang imut dan rasanya yang langsung menyentil lidah para penikmatnya, banyak yang menjadikannya menu wajib takjil.
Kreasi untuk membuat serabi ini menjadi lebih kecil memang membuat daya tarik sendiri. Dan, lain tempat, lain pula namanya. Di Bandung, misalnya, serabi kecil ini dinamakan serabi imut. "Rasanya enak, empuk, dan gurih," kata Yenny, seorang penggemar serabi unyil. Rasanya semakin berwarna ketika dimakan bersama dengan kinca, yang terbuat dari gula aren dan santan kelapa asli.
Penggemar lainnya, Sofy, warga Subang yang tinggal di Cilacap, mengatakan rasa serabi unyil akan bertambah yahud jika disajikan dengan campuran pecahan es batu.
Maman menjual serabi unyil di Jalan Kartawigenda, Subang, mulai pukul 14.00 hingga menjelang magrib. Harganya Rp 500. Rata-rata pembeli memesan dalam satu bungkus plastik, terdiri atas enam buah serabi plus racikan kinca dan santannya. "Pemesan ada yang senang menyatukan dalam satu plastik. Tapi banyak pula yang memesan dengan cara dipisah dengan kinca dan santannya," tutur Maman.
Ramadan benar-benar menjadi bulan pembawa berkah bagi Maman. Sebab, omzet penjualannya meningkat tiga hingga lima kali lipat dibanding hari-hari biasa.
Berita lainnya:
Tren Kudapan Ikan Manis
Panekuk, Kue Pendamping Minum Kopi dari Eropa
Buah Tangan Mudik Lebaran, Serabi Notosuman Khas Solo