TEMPO.CO, Jakarta - Setiap kali terjadi kasus anak nakal atau anak yang disebut tidak benar dalam tatanan ideal, hampir semua orang menyalahkan orang tuanya. Padahal anak, terlebih yang telah memasuki usia dewasa, selalu punya pilihan untuk menentukan jalan hidupnya.
Orang tua adalah sekolah dan guru pertama bagi setiap anak. Selain itu, orang tua juga wajib memberi lingkungan kondusif untuk perkembangan anak. “Akan tetapi, anak juga punya kewajiban menjaga diri, memilih jalan yang baik untuk masa depannya, berteman dengan siapa, bergaul seperti apa, menggunakan potensi dirinya untuk hal-hal apa,” kata Anggia Chrisanti, konselor dan terapis di Biro Konsultasi Psikologi Westaria (@ig_giadc).
Anak jangan selalu berlindung di balik pendapat umum yang cenderung membenarkan perilaku mereka. Anggapan bahwa orang tua adalah pihak yang bertanggung jawab, termasuk ketika dia berbuat nakal, tentu tidak berdasar. “Apalagi kalau usianya sudah bukan anak-anak lagi," kata Anggia. "Siswa SMP sekarang sudah pintar-pintar, kok. Bahkan dewasa. Banyak di antara mereka mengaku sebagai generasi keren karena kenal internet. Maka seharusnya lebih bisa menjaga diri, tahu batasan penggunaan internet."
Orang tua, andai mereka memang salah, bukan contoh yang baik, misal sering ribut, tidak memberi kehidupan yang baik dan kondusif untuk anak-anaknya, bukan berarti anak berhak menjadi nakal atau memberontak. “Pasti sulit untuk tetap tumbuh dalam koridor, tapi bukan hal yang tidak mungkin untuk tetap tumbuh sebagai individu yang positif atau berprestasi. Sekali lagi, sulit, bukan sesuatu yang tidak mungkin," kata Anggia.
Dia melanjutkan, anak-anak yang mulai memasuki fase remaja dan mengklaim kalau mereka cerdas, kuat, punya banyak akses dan wawasan semestinya memanfaatkan seluruh sumber daya itu untuk menjadi pribadi yang baik. "Setidaknya, tetap menjadi orang normal yang mengikuti aturan umum yang berlaku,” ujar Anggia.
Jadi, orang tua, terutama para ibu, jika merasa sudah melakukan yang terbaik, mari berhenti menyalahkan diri apabila anak tumbuh tidak seperti harapan ideal.
Berita lainnya:
Kapan Anak Boleh Main Gadget?
Gadget Bisa Merusak Perkembangan Balita
Tip Membentengi Anak dari Pengaruh Negatif