TEMPO.CO, Jakarta - Rajutan sangat jarang dibuat kemeja. Ada saja alasannya. Dari gampang mbrudul, kancing mudah lepas, sampai memberi kesan tak rapi. Namun label Minimal Man berhasil membuat kemeja rajut untuk pria yang mendobrak kelemahan tersebut. “Ini baru pertama kali di Indonesia,” ujar Hesty Halim, Manajer Umum Minimal Man.
Kuncinya ada di teknologi asal Jepang. Butuh delapan bulan riset untuk menghasilkan kemeja rajut yang adem ini. Hesty memulainya pada Oktober tahun lalu. Hasilnya, kata dia, tercipta bahan rajut yang sangat light tapi kuat. Ketika diaplikasikan ke kemeja, jadilah kemeja yang bersifat cooling effect, stretch, dan quick dry. “Kemeja ini jadinya sangat sejuk dibanding kemeja biasa yang berbahan katun,” kata dia.
Baca Juga:
Hesty lantas mengaplikasikan inovasi tersebut ke dalam 15 koleksi kemeja prianya. Ia menamai koleksi ini Z-Shirts. Semuanya menggunakan warna-warna yang cenderung lembut, seperti biru langit. Jika ingin yang agak cheerful, ada warna peach, yang dijamin tak akan mengurangi sisi maskulin kaum lanang.
Sebagai kemeja pria, Hesty mengerti kebutuhan kliennya untuk terlihat maskulin. Karena itu, ia membuat kemeja yang slim fit. Jadi, begitu dipakai, si kemeja akan mempertegas garis tubuh pemakainya. Asal si pemakai tidak salah memilih ukuran, niscaya ia akan lebih percaya diri berkat efek visual yang diberikan kemeja jenis ini.
Kemeja merupakan salah satu jenis busana formal yang diasosiasikan dengan pakaian kerja. Menurut Hesty, kemeja ini nyaman digunakan untuk karyawan yang sangat aktif bergerak, meski terbuat dari bahan rajutan. “Karena bahannya tidak seperti rajutan biasa yang cenderung kaku. Kemeja ini sangat stretch, sehingga penggunanya sangat nyaman bergerak aktif,” ujar dia.
Jika dilihat sepintas, tekstur serat kain kemeja ini terlihat seperti bahan kemeja Polo. Jika disentuh, ada sensasi grenjel, tapi halus. “Ini beda loh, meski banyak yang mengira ini bahan yang sama kayak Polo,” ujar Hesty.
Butuh duit sekitar Rp 300 ribu untuk bisa membawa pulang sepotong kemeja ini, baik lengan pendek maupun panjang. Selain teknologi, bahan yang masih diimpor dari Jepang membuat harganya melambung. “Bahan masih impor, meski pengerjaannya di Indonesia,” kata Hesty.
Sejak diluncurkan awal pekan ini, Z-Shirts sudah terjual lebih dari seratusan potong. “Meski pricey, tetap worth it,” kata Julius Ryan Karsten, 24 tahun. Menurut pekerja di bidang kreatif itu, kemeja ini adem di kulit, membuatnya leluasa bergerak. Teksturnya halus sehingga cocok untuk kulitnya yang sensitif. “Ketika memakainya, saya berpikir ini akan nyaman untuk kerja sekaligus buat hang out, yang sering panas-panasan.”
Untuk perawatan, pemakainya perlu sedikit berhati-hati karena rajutan cenderung rentan akan “perlakuan kasar” saat mencuci. Kemeja ini tak boleh dikeringkan dengan pengering berkecepatan tinggi. Jika mencuci dengan tangan pun, dilarang memerasnya kencang-kencang. Beruntung, kesukaran perawatan sebatas pada proses pencucian. Begitu masuk tahap pelicinan, kemeja ini bersifat easy iron. Jadi, sedikit saja sentuhan setrika, kemeja bisa langsung licin.
DINI PRAMITA
Berita lainnya:
Uji Kecepatan Tangan dengan Olahraga Stacking
5 Rahasia Awkarin yang Tak Kentara di Media Sosial
Pada Usia Berapa Anak Bisa Diajarkan Menggambar?