Kemungkinan ini pula yang terjadi pada Husni Kamil Manik, Ketua Komisi Pemilihan Umum, yang meninggal pada 7 Juli lalu. Menurut kakak Husni, Muhammad Arfanuddin Manik, adiknya itu menderita abses akibat bisul. Arfanuddin mengatakan Husni, yang menderita diabetes, cukup lama menderita abses tersebut. Abses ini tidak pecah, justru makin lama makin lebar sehingga peradangannya menyebar sampai ke perut. ”Virus-virus sudah menyebar melalui darah,” ujarnya.
Menurut Kepala Divisi Metabolik Endokrinologi RSCM, Em Yunir, abses di permukaan kulit memang bisa jadi tampak kecil. Tapi, di bagian dalam, kemungkinan penumpukan nanahnya lebih besar dari yang terlihat. Seperti fenomena gunung es, bagian yang terlihat hanya secuil dari masalah yang sebenarnya. ”Di permukaan hanya seujung, tapi di dalam ternyata sudah groak, seperti mangga busuk,” katanya.
Masalahnya, penderita diabetes umumnya mengalami neuropati, yakni masalah saraf tepi. Karena tingginya kadar gula darah, saraf jadi tak sensitif sehingga tak terlalu merasakan sakit. Akibatnya penderita jadi mengabaikan luka yang dideritanya.
Lalu bagaimana penderita tahu bahwa infeksinya sudah berat atau tidak. Menurut Yunir, pada kaki, ada beberapa tanda yang bisa mengindikasikan infeksi. Pertama, bengkak. Kedua, warna kemerahan pada kulit. Kalau warna kemerahannya lebih dari satu sentimeter, artinya terjadi infeksi. Makin lebar warna kemerahannya mengindikasikan infeksinya makin jauh.
Ketiga, rasa nyeri. Keempat, adanya nanah yang keluar. Terakhir, timbul rasa hangat. Jika rasa hangat hanya di daerah yang terluka, artinya infeksinya masih lokal. Tapi, kalau sudah menyebabkan demam sampai 39 derajat Celsius, berarti infeksinya sudah sistemik di badan.
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes Wismandari Wisnu mengatakan infeksi akut ini bisa memicu ketoasidosis, yakni pemecahan lemak menjadi ketone. Ketoasidosis merupakan komplikasi diabetes mematikan yang disebabkan oleh kurangnya insulin dalam tubuh.
Saat insulin tak mencukupi, gula yang ada di dalam aliran darah tak bisa terpakai karena insulin kurang. Insulin adalah hormon yang bertugas menyebarkan gula dalam darah ke seluruh sel tubuh agar bisa diproses untuk menjadi energi. Untuk mengatasi kekurangan energi, badan memiliki mekanisme darurat, yakni membuat energi baru dengan memecah lemak menjadi ketone.
Namun pecahan lemak ini memiliki dampak buruk pada tubuh karena membuat darah menjadi asam. Keadaan ini mengakibatkan semua sistem tubuh menjadi kacau. Misalnya pernapasan terganggu, metabolisme tubuh kacau sehingga menyebabkan keracunan, dan sistem imun berantakan.
Akibatnya penderita jadi sesak napas, urine meningkat, mengalami kelelahan, merasa haus terus, gula darah dan ketone meningkat, serta sakit perut. Jika tak tertangani akan membuat detak jantung menjadi lebih cepat, napas juga bertambah cepat, muntah, pusing dan linglung, mengantuk, napas bau seperti aroma pembersih kutek, serta koma. “Jika tak ditangani dengan baik bisa menyebabkan kematian,” ucap Wisma.
Karena itu, agar tak sampai telanjur menjadi komplikasi akut, Wisma mewanti-wanti penderita diabetes agar selalu menjaga kadar gula darah tetap normal. Sebab, gula darah tinggi menyebabkan infeksi. Dan infeksi pun jadi susah disembuhkan kalau gula darah tinggi. ”Jadi gula darah benar-benar harus dikontrol,” ujarnya.
Jika sudah terjadi abses, segeralah ke dokter. Sebab, bagi pasien diabetes, penanganan abses tak segampang orang tanpa diabetes. Perlu antibiotik yang diberikan lewat infus. Nanahnya juga harus dikeluarkan dengan cara dibedah agar bakteri yang sudah dibendung oleh tubuh tak menjalar ke bagian tubuh lain.
Kalau sudah telanjur mengalami ketoasidosis, selain mengendalikan kadar gula darah dengan memberikan insulin, dokter akan segera memberikan banyak cairan agar pasien tak mengalami dehidrasi. Sebab, ketoasidosis membuat tubuh banyak mengeluarkan cairan. ”Sehingga kita ’guyur’ dengan cairan,” kata Wisma.
NUR ALFIYAH | AHMAD FAIZ
Berita lainnya:
Pokemon Go Tingkatkan Kemampuan Sosial Anak Autis
6 Rambu Saat Menjalin Asmara dengan Pria Lebih Muda
Ayah Juga Bisa Terkena Baby Blues, Bagaimana Mengatasinya?