TEMPO.CO, Jakarta - Setiap ibu pasti pernah 'ditangisi' oleh anak mereka. Padahal, ibu hanya pergi sekejap, misalnya masuk ke kamar mandi. Lebih parah lagi, hampir semua ibu pernah 'ditemani' si kecil saat sedang di kamar mandi. Rasanya susah sekali berpisah dengan si kecil meski sebentar saja.
Menurut para ahli tumbuh kembang anak, kecemasan berlebihan akan perpisahan atau dikenal dengan istilah separation anxiety merupakan fase normal dalam perkembangan balita. Kecemasan ini biasanya muncul saat bayi berusia 4 hingga 9 bulan, saat mereka mulai bisa membedakan objek benda.
Pada fase ini, bayi mulai menyadari keberadaan orang tua dan mengerti tentang keberadaan objek di sekitar mereka. Namun bayi dan balita belum mengerti soal konsep waktu. Ketika mereka menyadari Anda menghilang, yang mereka tahu Anda tidak ada di sekitar mereka dan ini waktunya menangis, menjerit, dan berteriak mencari Anda.
Perilaku tersebut biasanya terus berlanjut hingga anak berusia 3 tahun. Ketika anak mulai mengenal konsep kegiatan dan waktu, umumnya perlahan-lahan kecemasan ini menurun dan menghilang.
Kebanyakan, rasa cemas karena berpisah dengan anak juga dialami para ibu. Bahkan ketika sang anak sudah lupa dan kembali ceria, dalam perjalanan menuju kantor misalnya, ibu masih saja galau, cemas, dan merasa bersalah karena telah meninggalkan si kecil.
Untuk mengatasinya, ketahuilah beberapa kiat untuk meredam kecemasan Anda dan si kecil ketika harus berpisah sejenak:
Lakukan ritual perpisahan secara konsisten
Berikan kecupan, salaman, dan berpamitan ketika akan meninggalkan anak meski hanya sekejap. Lakukan dengan cepat karena rasa nyaman ketika bersama Anda akan mengubah pikiran anak, sehingga ia kembali tidak rela ditinggalkan.
Pastikan Anda akan kembali, tetapi jangan berbohong
Jangan katakan Anda akan pergi sebentar, padahal akan meninggalkan berjam-jam. Karena anak belum mengerti konsep jam, gunakan penunjuk waktu yang mereka kenal. Misalnya, “Mama akan pulang setelah kamu mandi sore".
Jangan meninggalkan anak diam-diam
Mereka akan merasa dikhianati dan ini menambah kecemasan mereka. Seperti yang kami alami, mendapat telepon dari rumah, mendengar si kecil menangis meraung-raung. Penyebabnya sepele, orangtua berangkat kerja tanpa bersalaman dengan si kecil.
Anak ditemani oleh orang yang dikenalnya
Salah satu penyebab anak sulit ditinggalkan adalah mereka tidak nyaman dengan orang lain dan lingkungan yang tidak dikenal baik. Untuk mengatasinya, Anda harus memastikan ketika ditinggalkan, anak berada di lingkungan yang dikenalnya dan bersama orang yang dikenalnya baik.
Bergonta-ganti pengasuh atau menitipkan anak di rumah orang lain biasanya membuat anak semakin enggan berpisah dengan orang tua.
Alihkan perhatian anak dengan mainan
Ada suatu masa orangtua harus membeli mainan tertentu setiap akan berangkat ke kantor, sebagai syarat agar si kecil aman ditinggal pergi. Anak usia 2-3 tahun biasanya mulai punya ketertarikan terhadap satu hal. Anda bisa menggunakan hal yang paling disukainya sebagai iming-iming untuk menenangkan mereka.
Dibutuhkan kesabaran ekstra dan pikiran yang terbuka untuk mengatasi masalah ini. Jika tidak, kemungkinan Anda akan mengalami stres bahkan bisa memancing tindak kekerasan pada anak. Yakini masa-masa ini pasti akan berakhir.
Terkadang, si kecil harus jadi pemenangnya. Saat semua cara tidak ampuh, tak mengapa, misalnya bagi ibu bekerja, mengalah dan cuti kerja satu hari. Namun, upayakan untuk terus memberi pengertian kepada anak agar tidak cemas berlebih ketika Anda meninggalkannya. Gunakan waktu santai atau saat sebelum tidur untuk memberikan sugesti ini kepada anak.
Berita lainnya:
Tip Menghadapi Anak Pemalu
Tiru Cara Jessica Alba Memilih Celana Jins
Tip Mengusir Kantuk di Kantor