TEMPO.CO, Jakarta - Banyak yang sering tidak dibicarakan wanita seusai melahirkan. Padahal banyak perubahan fisik yang akan dialami wanita. Salah satu yang paling banyak dialami adalah perubahan periode haid.
"Apa yang umum ketahui adalah periode haid Anda sama dengan periode sebelum hamil, padahal tidak," ujar Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Suzanne Wong dari Pusat Kesehatan Saint Joseph, Toronto, Amerika Serikat, seperti yang dikutip dari situs Huftington Post Canada, Senin, 18 Juli 2016.
Secara umum, saat memasuki masa kehamilan, periode haid akan berhenti secara otomatis. Namun sekitar 25 persen perempuan tetap mengalami pendarahan di awal kehamilan. "Saat 13 minggu pertama, pendarahan biasanya disebabkan oleh pendarahan rahim dengan risiko keguguran atau keguguran yang sebenarnya," kata dokter Wong.
Selain adanya pendarahan pada rahim, pendarahan yang terjadi pada saat kehamilan bisa disebabkan oleh komplikasi atau gejala penyakit lain. Pendarahan akan terus terjadi selama wanita masih menyusui bayinya. Ini karena tingginya kadar hormon prolaktin dalam tubuh wanita saat menyusui.
"Karena itu, memberikan bayi susu formula sebenarnya juga dapat mengganggu jadwal periode haid seorang perempuan seusai melahirkan, karena hormon prolaktin tidak bekerja maksimal," kata Wong.
Sedangkan wanita yang tidak menyusui sama sekali akan mengalami masa haid yang lebih lama 4-8 minggu dibandingkan dengan wanita yang menyusui bayinya. Tidak hanya itu, seharusnya periode haid akan kembali normal tiga bulan setelah melahirkan. "Bila tidak teratur, segera hubungi dokter," kata Wong.
Selain memantau periode haid, hal yang perlu dipantau adalah masa subur. Menyusui, menurut Wong, bukan bentuk kontrasepsi yang sempurna. Karena itu, bentuk kontrasepsi lain perlu dipertimbangkan seusai melahirkan.
HUFTINGTON POST.CA| CHETA NILAWATY
Baca juga :
Stroberi, Buah Cantik dengan Berbagai Manfaat Kesehatan
Wajib Periksa Jantung Sebelum Operasi
7 Makanan Ini Menurunkan Tekanan Darah