TEMPO.CO, Jakarta - Menurut Anda, perkawinan manakah yang bisa berlangsung bahagia dan mesra? Apakah perkawinan antara pasangan yang mempunyai minat dan temperamen sama, atau pasangan yang memiliki minat dan temperamen berbeda?
Menurut Morrie dan Arleah Shechtman dalam buku Love in the Present Tense, pasangan bisa saja punya minat, selera, dan kepribadian yang sama atau berbeda. Hal itu tidaklah penting. Yang penting adalah apakah pasangan mempunyai nilai-nilai inti yang sama.
Nilai-nilai adalah dasar yang menuntun tingkah laku kita. Nilai-nilai itu menentukan bagaimana perilaku kita terhadap satu sama lain, menentukan pikiran atau pendapat kita perihal bagaimana cara mereka berperilaku kepada kita. Jika tindakan kita sesuai dengan nilai-nilai, kita merasa membantu membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik.
Dahulukan pasangan Anda
Menurut kedua penulis, perkawinan akan paling baik jika pasangan lebih mengutamakan hubungan mereka dibanding hubungan lain, termasuk hubungan mereka dengan anak-anak. Kedengarannya mungkin aneh, tapi saling mendahulukan satu sama lain justru merupakan hadiah terbesar yang dapat Anda berikan kepada anak-anak Anda.
Jika pasangan suami-istri lebih mementingkan tugas menjadi orang tua dibanding perkawinan mereka, kebutuhan emosional dewasa mereka sering tidak terpenuhi. Dan mereka berisiko membebankan kebutuhan mereka kepada anak-anak. Jika terjadi hal seperti ini, anak-anak akan merasa bertanggung jawab membuat orang tua mereka bahagia. Jika gagal, mereka bisa menyalahkan diri sendiri.
Jika pasangan tidak memprioritaskan hubungan mereka, bukan hanya perkawinan mereka, melainkan juga anak-anak mereka akan menderita.
Jangan berhenti tumbuh
Orang-orang yang bertanggung jawab atas pertumbuhan pribadi selalu memperluas pengetahuan dan pemahaman tentang diri sendiri, memahami orang lain, dan keterlibatan dengan dunia. Mereka tidak menganggap diri mereka sebagai produk akhir. Mereka terus belajar dan berubah sampai napas terakhir.
Sebagian orang takut jika mereka dan pasangan mereka terus tumbuh dalam perkawinan, mereka justru akan jadi terpisah. Tapi hal seperti ini jarang terjadi jika pertumbuhan ini termasuk nilai bersama. Saat orang berkata, “Kami tumbuh makin jauh”, yang mereka maksudkan adalah pasangan yang satu berubah, yang lain tidak.
Jika pasangan Anda tidak tumbuh, ia akan membosankan untuk Anda. Jika Anda yang tidak tumbuh, Anda akan membosankan untuk pasangan Anda dan diri Anda. Perkawinan yang baik membantu meningkatkan pertumbuhan dan pertumbuhan membantu meningkatkan perkawinan yang baik.
Komunikasi dari hati ke hati
Jika pertumbuhan adalah nilai bersama, penting bagi pasangan untuk terus mengikuti apa yang terjadi di dalam pikiran, hati, dan kehidupan masing-masing. Tidak berarti Anda dan pasangan harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk bicara. Yang dimaksudkan adalah memanfaatkan waktu kebersamaan Anda berdua dengan sebaik-baiknya.
Ini berarti mengungkapkan pemikiran, perasaan, hasrat, dan impian-impian Anda kepada pasangan Anda. Lalu mendengarkan dengan perhatian dan kasih sayang penuh ketika dia mengungkapkan pikiran, perasaan, dan impian-impiannya kepada Anda. Sebagian orang menganggap perkawinan mereka akan lebih mesra hanya dengan bicara lebih banyak dengan pasangannya. Padahal, dasar dari keintiman sejati adalah kualitas dari komunikasi, bukan kuantitas.
Tahu kapan harus mendorong keras
Dalam perkawinan terbaik, suami atau istri tak akan membiarkan pasangannya berlarut-larut dalam kemerosotan. Tapi masing-masing terus-menerus saling mendorong satu sama lain untuk mewujudkan visi terbaik dari diri mereka. Anda paling sayang kepada pasangan Anda jika Anda mendorong dia untuk menjadi dirinya yang terbaik.
Kesediaan untuk menantang pasangan adalah suara kepercayaan, suatu tanda respek. Sebaliknya, jika Anda menerima begitu saja perilaku penghancuran diri atau perilaku pecundang, berarti Anda menyerah padanya. Pada dasarnya Anda berkata kepada dia bahwa Anda tidak percaya dia bisa mengerjakannya secara lebih baik. Tidak mendorong pasangan untuk menjadi yang terbaik adalah suatu bentuk pengabaian yang akhirnya bisa merusak perkawinan.
Mengejar impian
Perkawinan bukan satu-satunya misi dalam hidup Anda. Begitu juga membesarkan anak. Anda tak pernah akan bahagia jika Anda mengharap peran-peran ini memberikan kebahagiaan total kepada Anda. Dalam perkawinan yang baik, kedua pasangan juga melakukan suatu usaha di luar rumah.
Menekuni karier, misalnya. Bisa juga menekuni hobi atau menjadi relawan. Apa yang dilakukan itu tidak penting sejauh hasrat Anda terkait dengan sesuatu yang menuntut pengungkapan kemampuan Anda secara penuh serta menambahkan nilai dan tujuan pada hidup Anda.
Jangan menggantungkan perasaan Anda kepada pasangan
Dalam perkawinan yang baik, kedua pasangan sepakat, mereka bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka sendiri. Mereka tidak mengandalkan pasangannya untuk membuat mereka bahagia atau menyalahkan pasangannya di saat mereka tidak bahagia.
Mereka tahu, di satu sisi, mereka tak bisa mengatur apa yang dikatakan atau dilakukan pasangannya, tapi mereka bisa mengatur cara mereka merespons dan apakah respons mereka menambahkan kedamaian batin atau justru menguranginya. Mereka juga tidak merasa bertanggung jawab atas perasaan-perasaan pasangannya. Mereka tahu bahwa di pengujung hari, mereka masing-masing harus bertanggung jawab pada diri mereka.
Bertanggung jawab
Kendati kita tidak bertanggung jawab atas perasaan pasangan, kita bertanggung jawab atas perbuatan kita dan pengaruhnya terhadap perkawinan. Pasangan yang menganut nilai ini menghargai komitmen, mengatakan kebenaran, membuktikan kata-katanya bisa dipegang, dan bertanggung jawab atas perilaku mereka.
Mereka juga merasa pasangannya bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya. Mereka bukan hanya menganggap membohongi pasangan adalah perbuatan yang tak bisa diterima, tapi juga tak bisa menerima sikap yang tidak mengkonfrontasi kebohongan yang dikatakan pasangannya kepadanya.
Cari waktu untuk memberikan santapan jiwa
Dalam perkawinan yang berkembang, penting bagi pasangan untuk memperbarui batin. Sebagian orang menggunakan agama atau praktek spiritual. Yang lainnya mendapatkan manfaat yang sama dari olahraga atau hobi. Atau menikmati alam atau seni. Atau hanya mengambil waktu untuk hening.
Meluangkan waktu untuk memperbarui diri dapat memulihkan energi, meningkatkan kemampuan tetap tenang dan fokus, membantu memandang ketergesaan setiap hari dari sudut pandang yang tepat, serta mengisi kekuatan yang Anda perlukan untuk menyembuhkan konflik dan melewati krisis. Pasangan yang memperhatikan diri mereka dengan cara ini berkemungkinan lebih besar menjunjung tinggi nilai-nilai lain yang membuat perkawinan mereka hebat.
Jadi pahlawan cinta
Kebanyakan orang setuju dengan teori bahwa hidup yang mengikuti nilai-nilai inti akan bermanfaat untuk perkawinan. Yang lebih susah justru menerapkannya. Pasangan dituntut untuk setia pada nilai-nilai tersebut kendati bertentangan dengan keinginan kita dan bahkan ketika kita merasa tergoda atau ditekan untuk meninggalkannya.
Kesimpulannya, untuk membuat perkawinan yang baik diperlukan keberanian. Memang tidak mudah memegang teguh nilai-nilai yang membuat perkawinan hebat, tapi hasilnya seimbang. Coba berani demi perkawinan Anda.
Berita lainnya:
Supaya Si Dia Terkesan pada Kencan Pertama
Cara Efektif Hilangkan Bulu di Area Bikini
7 Mitos Keliru Mengenai Dehidrasi