TEMPO.CO, Jakarta - Bila tinggal di kota, apalagi kota besar, kebisingan menjadi “teman” hampir setiap hari. Di rumah, suara televisi dan radio mengisi semua ruang. Melangkah ke luar, Anda akan menemukan suara kendaraan. Anda harus berburu kereta api menuju kantor atau jenis kendaraan lainnya. Nyaris tak ada waktu untuk benar-benar merasakan keheningan.
Minimnya waktu untuk memperoleh keheningan ternyata berdampak buruk bagi kesehatan. Tak hanya mental, tapi juga fisik. Hal tersebuh bahkan terbukti melalui studi Badan Kesehatan Dunia dan European Commission’s Joint Research Center pada 2011. Studi itu menunjukkan suara, terutama yang lebih dari 30 desibel, bisa menjadi penyebab tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan stres. Studi ini juga membuktikan suara kronis, seperti yang ditimbulkan oleh pesawat terbang dan kereta api dapat memperlambat tumbuh kembang anak serta perkembangan kemampuan kognitif dan bahasa mereka.
Bunyi yang keras memicu respons stress dengan melepaskan hormone stres kortisol serta adrenalin, Terlalu banyak hormone kortisol dapat merusak sel tubuh dan menyebabkan kelelahan pada otot dan sendi, bahkan menghambat kerja imun tubuh. “Adrenalin sesungguhnya bagus untuk tubuh,” ujar Liz Tucker, praktisi dan konsultan manajemen stres dari Inggris. Dia menyatakan pentingnya mengistirahatkan sensor tubuh dan membiarkan sel-sel beregenerasi. “Salah satunya dengan menghindari kebisingan dan menemukan tempat yang sunyi.”
Selain itu, tanpa input sensori yang berlebihan, otak berkesempatan melakukan pemulihan. Input sensori yang diterima setiap hari sesungguhnya membebani otak bagian prefrontal cortex sehingga mempengaruhi kemampuan berpikir, mengambil keputusan, dan menyelesaikan masalah. Namun otak dapat memulihkan kemampuan kognitifnya ketika orang berada di lingkungan dengan inpur sensori yang lebih rendah –salah satunya, tempat yang sunyi.
Juga, keheningan dapat membantu perkembangan otak secara harfiah. Riset yang dilakukan pada 2013 menunjukkan 2 jam kesunyian setiap hari memicu pertumbuhan sel-sel baru di hippocampus –area otaku tama yang berhubungan dengan pembelajaran, memori, dan emosi. Hal ini kemudian membawa para peneliti menyimpulkan kesunyian bisa menjadi alat terapi untuk kondisi depresi atau alzheimer. Sebab, kedua hal tersebut berkaitan dengan laju regenerasi neuron di hippocampus.
Otak manusia juga memiliki mode default yang diaktifkan saat kita melakukan aktivitas “self-generated cognition”, seperti saat melamun, bermeditasi, atau berfantasi. Melakukan hal-hal ini ternyata punya manfaat, yakni membantu orang menyelami ide, emosi, dan memori dalam diri serta lebih mudah merefleksikan diri, berempati dan bikin lebih kreatif. Tentu hal ini bisa dicapai apabila orang jauh dari gangguan dan kebisingan.
Tucker menyarankan mengambil waktu sejenak di sela kesibukan, ketimbang mengambil waktu beristirahat terlalu lama sekaligus. Misalnya menyisihkan 10 menit waktu kerja untuk pergi ke tempat yang membuat Anda bisa berjalan santai, menghirup udara segar, dan meregangkan tubuh. Saat di rumah, matikan telepon dan Internet. Lakukan yoga, meditasi, atau latihan pernapasan selama 15 menit. Jika mempunyai waktu lebih, mungkin Anda bisa mengambil cuti beberapa hari dan memulai perjalanan menuju tempat rekreasi hingga berelaksasi.
TRAVELOUNGE
Berita lainnya:
5 Alasan Orang Membenci Hari Senin
Tujuh Manfaat Bantal Satin untuk Kecantikan
Sajian yang Tampak Segar Belum Tentu Aman