TEMPO.CO, Jakarta - Sukeri Abdillah, ustad yang biasa mengisi pengajian di berbagai kementerian, mengatakan, selama Ramadan, banyak lembaga pemerintah, badan usaha milik negara, dan perusahaan swasta yang menggelar ceramah agama seusai salat zuhur berjemaah. Peningkatan permintaan untuk mengisi tausiyah saat istirahat kerja itu, ucap dia, mencapai 15 persen dari hari biasa.
Tak hanya peningkatan intensitas mengisi ceramah di berbagai lembaga dan perusahaan, ujar dia, jumlah anggota jemaah yang menghadiri ceramah juga naik drastis. “Pada bulan Ramadan, jumlah anggota jemaah bisa mencapai 150 orang. Padahal di luar Ramadan hanya sekitar 50 orang,” tutur Sukeri kepada Tempo.
Menurut Sukeri, banyak perusahaan dan lembaga negara yang menganggap Ramadan sebagai momentum untuk memperbaiki diri. Walhasil, mereka beramai-ramai menyelenggarakan pengajian untuk pegawainya.
Satu hal yang disayangkan Sukeri adalah pengajian kantoran yang marak selama Ramadan umumnya berakhir begitu Ramadan berlalu. Padahal seharusnya, menurut dia, pengajian tidak terikat pada Ramadan. Sukeri menduga pengajian seusai Ramadan tidak diminati lantaran semangat jemaah menurun. “Karena itu, siapa yang berkemauan kuat tentu akan konsisten mengikuti pengajian seterusnya,” katanya.
Keluhan yang sama juga disampaikan Ustad Zuni Nurrochim, yang juga memberi ceramah di sejumlah perusahaan swasta dan lembaga pemerintah. Dia menyebutkan orang yang berhasil melaksanakan ibadah puasa adalah orang yang terus melanjutkan perbuatan baik di luar Ramadan. “Jangan sampai perbuatan baik ikut berakhir saat Ramadan berakhir,” ucapnya.
GANGSAR PARIKESIT
Berita lainnya:
Tren Warna Rumah Menyambut Lebaran
Begini Cara Jawab Pertanyaan 'Kapan Nikah?'
Cek, Apakah Alokasi THR Anda Sudah Benar?