TEMPO.CO, Jakarta - Ada sebuah fenomena menarik dari bisnis MLM atau multilevel marketing. Ketika di satu sisi ada anggota-anggota MLM baru yang penuh semangat menjalankan bisnis ini, sebagian lainnya malah sama sekali tidak tertarik.
Kenyataannya, kendati kerap beredar pemberitaan negatif, pelaku bisnis MLM tetap bermunculan. Ada daya tarik tersendiri pada bisnis yang salah satu fokus kerjanya terletak pada rekrutmen anggota ini. Iming-iming bisnis dengan modal minim dan bisa dilakukan dari rumah, tentu terdengar sangat menggiurkan.
“Padahal jelas tidak semudah itu,” buka Anggia Chrisanti, konselor dan terapis deep psych tapping technique (DEPTH) dari Biro Konsultasi Psikologi Westaria (@ig-giadc).
“Lihat saja mereka yang sudah mencapai level atas, apakah itu sebutannya diamond dan sebagainya, ya mereka all out menghabiskan waktu, energi, dan modal awal yang cukup besar untuk jualan, juga menyetok barang ke sana kemari. Pekerjaan yang katanya gampang, mudah dilakukan dari rumah bagi para ibu rumah tangga, nyatanya lebih keras dari menjadi karyawan kantoran,” imbuhnya.
Pihak perusahaan MLM pun jelas punya strategi luar biasa. Strategi yang jelas tidak sekadar iseng, melainkan sungguh memakai ilmu tingkat tinggi dalam hal sales dan marketing. Karena sebetulnya, rata-rata orang kalau mendengar MLM pasti langsung malas, sudah antipati. Oleh karena itu, perusahaan mengemas produk yang terkesan inovatif, dengan banyak keunggulan, dengan harga yang tidak murah.
“Tapi, bisa jadi murah kalau jadi member. Mau tidak?” ujar Anggia.
Kemudian yang lebih banyak orang lihat adalah keuntungan harga murah ini. Akhirnya memutuskan menjadi anggota. Kalau sudah jadi anggota, para upline akan terus follow up, kirim promo ini itu untuk bisa menjual satu atau dua produk. “Bagi yang tergiur, ya akan terus-terusan (membeli)," kata Anggia.
TABLOIDBINTANG
Berita lainnya:
Ikan Salmon, Rahasia Sederhana Jantung Sehat
Pilih Mana, Sendiri tapi Sehat atau Berdua tapi Sakit
Sinar Matahari Terbit dan Terbenam Paling Berbahaya buat Mata