Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dina Hoppy Bersyiar Lewat Sepatu Happy Hoppy

image-gnews
Dina Hoppy. tabloidbintang.com
Dina Hoppy. tabloidbintang.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Semakin hari, produk-produk penunjang penampilan yang bertemakan muslim kian banyak. Dimulai dari busana, kini mulai merambah ke koleksi sepatu. Adalah Dina Hoppy. Wanita berusia 25 tahun ini berkreasi dan membuat label sepatu Happy Hoppy, yang ia targetkan untuk dipakai terutama oleh wanita Muslim.

“Saya memang penyuka sepatu dan dari tahun 2011 sudah memulai bisnis sepatu, dimulai dari bisnis sepatu custom yang desainnya belum fixed. Seiring berjalannya waktu saya belajar dan sering ikut seminar. Dii sebuah seminar, mentornya mengajarkan kita kalau ingin bisnis dan memiliki brand, harus ada sesuatu yang beda. Karena saya Muslim dan suka sepatu, saya mencari tahu, soal sepatu itu ada enggak, sih boleh dan tidaknya (sesuai syariat),” jelas Dina saat ditemui di daerah Cilandak, Jakarta.

Berkonsultasi hingga dengan para ulama, Dina mengatakan tidak ada aturan pasti untuk sepatu sesuai syariat.

“Soal sepatu, di dalam Islam itu enggak ada patokannya, sesuai syariat harus berapa tingginya dan sebagainya. Tapi, ada pakemnya soal berpakaian, sederhana dan tidak berlebihan serta harus sesuai fungsinya,” jelas Dina. “Sepatu itu fungsinya untuk melindungi kaki agar nyaman saat berjalan. Sepatu dengan hak sekitar 2-3 cm itu sudah paling pas untuk aktivitas sehari-hari, paling tinggi 5 cm,” tambahnya.

Sedangkan sepatu berhak terlalu tinggi dan mencolok harus dihindari.“Justru membuat kita capek saat memakainya. Itu berarti fungsinya sudah bukan lagi alas kaki. Pasti ada fungsi yang lain, seperti menambah tinggi dan agar terlihat proporsional. Jadi buat wanita Muslim, ya yang sesuai fungsinya saja. Kalau haknya terlalu tinggi, sudah tidak sesuai dengan fungsinya,” beber Dina.

Dari situ, Dina memulai bisnis sepatu syar'i Happy Hoppy pada 2014, bersama sang suami, Mufti Widianto. “Target pasarnya khususnya wanita Muslim. Sepatu Happy Hoppy ini punya tagline ‘step syar'i stay happy’ tapi yang beli juga dari berbagai kalangan, sih,” ujarnya. “Lewat Happy Hoppy, saya ingin bersyiar dengan sepatu,” tambahnya.

Dina menginformasikan kepada para pembeli sepatunya mengenai sepatu yang baik dipakai wanita Muslim. Desain sepatu yang dibuat Dina simpel. “Tapi modelnya macam-macam. Ada yang untuk ke kantor, acara formal, dan sebagainya. Yang pasti tidak terlalu tinggi dan memakai warna netral atau tidak terlalu mencolok. Memakai motif juga tidak apa-apa tapi disesuaikan agar tidak terlalu mencolok,” jelasnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menjual produknya via Instagram @HappyHoppyID dan situs HappyHoppySyari.com, Dina menggunakan strategi endorsement dalam berpromosi. “Salah satu strategi, mendekati figur-figur yang menjadi role model wanita Muslim. Ada sistem endorse atau photoshoot. Untuk artis, beberapa yang pernah kami endorse ada Risty Tagor, Zaskia Adya Mecca, Ressa Rere, Oki Setiana Dewi dan Ria Ricis. Sisanya selebgram,” jelasnya.

Untuk Risty, awalnya ia berniat membeli sepatu tanpa endorsement. “Dia follow (akun Instagram kami) sudah lama, lalu waktu itu dia mau pesan. Sekalian kami tawarkan saja untuk endorse,” ungkapnya.

Testimoni artis dan selebgram yang memakai produk Dina, sepatunya nyaman dan cukup tahan lama, apalagi dengan harga yang terjangkau, 240 ribu hingga 255 ribu rupiah saja. Semakin banyak juga pelanggan yang datang. “Follower Instagram bertambah dan banyak yang membeli. Sekarang sudah enggak endorse lagi karena sudah banyak yang tahu,” tambahnya.

Dari modal 1,5 juta rupiah untuk membuat kurang dari 20 pasang sepatu, kini Dina menghasilkan omzet minimal 80 juta rupiah, dari penjualan hingga 600 pasang sepatu per bulannya. “Agak keteteran sama pesanan pelanggan. Jadinya kami mengubah sistem pemesanan. Dulunya kami pakai sistem pre-order, sekarang ready stock supaya pelanggan tidak menunggu terlalu lama,” ungkap Dina.

TABLOIDBINTANG

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gojek Beri Pelatihan UMKM Untuk Pahami Tren Bisnis Selama Ramadan 2021

22 April 2021

Gojek Beri Pelatihan UMKM Untuk Pahami Tren Bisnis Selama Ramadan 2021

Gojek menghadirkan Akademi Mitra Usaha (KAMUS) dan tren bisnis menarik selama Ramadhan yang ditujukan untuk pelaku UMKM


Tren Co-Living Space, Tempat Hunian Sekaligus Area Kerja Anda

6 April 2018

Dua anggota WeWork bermain pingpong di depan area laundry umum di gedung WeLive, Manhattan. Caitlin Ochs / Bloomberg
Tren Co-Living Space, Tempat Hunian Sekaligus Area Kerja Anda

Menjamurnya co-working space saat ini menjadi sebuah tren tempat para pengusaha berkumpul. Namun sekarang sudah ada tempat tinggal dengan rekan kerja.


Ruben Onsu Buka Restoran Geprek Bensu Kedua di Bali

22 Januari 2018

Ruben Onsu. TEMPO/Agung Pambudhy
Ruben Onsu Buka Restoran Geprek Bensu Kedua di Bali

Restoran Geprek Bensu kedua di Bali menjadi cabang yang ke-60 di Indonesia.


Mau Bisnis Tambah Lancar? Kampus Shopee Kembali Digelar

16 Januari 2018

Ilustrasi bisnis titip menitip. Insideretail.ph
Mau Bisnis Tambah Lancar? Kampus Shopee Kembali Digelar

Mahir dalam bisnis kini tak perlu sulit lagi. Ada Roadshow Kampus Shopee. Tahun ini akan menjangkau lebih dari 30 kota di Indonesia.


Icing ala Korea, Rahasia Legit Bisnis Bolu

8 November 2017

Kue Korea (Bisnis.com)
Icing ala Korea, Rahasia Legit Bisnis Bolu

Cake dengan dekorasi icing yang artistik jauh lebih menggugah selera, meskipun pada kenyataannyaicing seringkali disisihkan atau tidak dikonsumsi.


Muhammadiyah Jajaki Pendirian Holding Company Bisnis Usaha

13 September 2017

Warga memilih gantungan kunci bergambar logo Muhammadiyah yang di jual di Bazar Muktamar Muhammadiyah di Kawasan Mounmen Mandala Makassar, 2 Agustus 2015. Pernak-pernik yang dijual yakni kaos, Pin, Gantungan kunci, mug, dan berbagai produk kerajinan tangan lainnya. TEMPO/Hariandi Hafid
Muhammadiyah Jajaki Pendirian Holding Company Bisnis Usaha

Muhammadiyah tengah menjajaki pendirian holding yang akan memayungi semua unit bisnis usaha yang sudah berjalan.


Mau Buka Bisnis Baru? Contoh Baim Wong yang Belajar dari Medsos  

2 September 2017

Aktor Baim Wong saat menghadiri premier film
Mau Buka Bisnis Baru? Contoh Baim Wong yang Belajar dari Medsos  

Baim Wong (35) tak mau hanyut dalam tren seleb yang berbisnis oleh-oleh
kekinian di sejumlah kota. Baim belajar bikin siomay


Dimas Seto Terjun ke Bisnis Kuliner, Begini Siasat Suksesnya

3 Agustus 2017

Dhini Aminarti dan suaminya, Dimas Seto. Instagram.com
Dimas Seto Terjun ke Bisnis Kuliner, Begini Siasat Suksesnya

Bisnis kuliner oleh-oleh kekinian milik artis kian menjamur. Dimas Seto mengaku tidak takut dengan persaingan bisnis.


Bisnis Menjanjikan, Martha Tilaar Wadahi Penata Rias Artis

21 Juli 2017

Wulan Martha Tilaar. Tempo/Hadriany Puji
Bisnis Menjanjikan, Martha Tilaar Wadahi Penata Rias Artis

PAC MUAster menjadi satu society khusus bagi para profesional penata rias artis


Mau Bisnis Sosial? Intip Trik Nila Tanzil Bikin Travel Sparks

17 Juli 2017

Ilustrasi kegiatan voluntourism, bersama Nila Tanzil dan penari Caci Dance. Travelsparks.co
Mau Bisnis Sosial? Intip Trik Nila Tanzil Bikin Travel Sparks

Keinginan Nila Tanzil menyediakan akses buku bagi anak Indonesia Timur melahirnya bisnis sosial Travel Sparks tahun 2014. Apa kuncinya biar happy?