TEMPO.CO, Jakarta - Meski kesulitan mengenal tanda dan simbol, penyandang disleksia memiliki beberapa sisi positif. Antara lain memiliki kemampuan di suatu bidang secara lebih baik, bahkan melebihi rata-rata orang pada umumnya.
“Otak pengidap disleksia membaca dengan cara yang tak sama dengan mereka yang tak mengidap disleksia," kata Ketua Dewan Asosiasi Disklesia Indonesia, Kristiantini Dewi. Menurut Kristiantini, penyebab disleksia adalah gangguan pada otak kiri yang biasanya digunakan untuk membaca.
Karena itu, intelligence quotient (IQ) penyandang disleksia kadang ada yang normal, di bawah rata-rata, atau justru superior. Beberapa tokoh dunia diketahui memiliki disleksia, antara lain penemu partikel atom Albert Einstein dan Presiden Amerika ke-43 George Walker Bush.
Disleksia tidak disebabkan oleh latar belakang sosial-ekonomi yang buruk, gangguan penglihatan atau pendengaran, atau tak ada motivasi belajar. "Jangan melabeli mereka sebagai anak bodoh," kata dia. Pasalnya, jika diberi label sebagai anak bodoh, mereka tak bisa tampil sesuai dengan IQ-nya dan sia-sia.
Dewan Pembina Asosiasi Disleksia Indonesia Purboyo Solek mengatakan disleksia ditandai dengan kesulitan mempelajari huruf dan bunyi, menggabungkan huruf menjadi kata, membaca, dan memegang alat tulis. "Pada umur 7 tahun seharusnya bisa menguasai huruf. Jika pada umur 8-9 tahun masih tak bisa, ada kemungkinan disleksia," kata dia.
Tanda lain adalah kebingungan soal konsep ruang dan waktu serta kesulitan mencerna perintah yang disampaikan secara verbal, cepat, dan berurutan. Misalnya, “Saya tak mau berenang karena kolamnya tebal," (baca: dalam) atau "Kemarin saya diberi kue sama si itu,” ujar Purboyo.
Baca juga :
Jenis Makanan yang Mesti Dihindari Sebelum Tidur
Penting! Kenali 7 Bentuk Payudara dan Bra yang Cocok
Tip Kreasi Kain Turban ala Rieka Roslan