TEMPO.CO, Jakarta - Disleksia atau kesulitan mengenal tanda dan simbol dapat dideteksi sejak dini. Di usia prasekolah, pengidap disleksia biasanya kidal dan tak mahir jika menulis dengan satu tangan, bingung letak, sehingga sering tertukar antara kanan dan kiri. Selain itu, mereka suka tergesa-gesa, miskin kosakata, dan kesulitan memilih terminologi yang tepat.
Misalnya, "Saya tak mau berenang karena kolamnya tebal," (baca: dalam) atau "Kemarin saya diberi kue sama si itu,” ujar Dewan Pembina Asosiasi Disleksia Indonesia Purboyo Solek. Pada usia 5-8 tahun, disleksia ditandai dengan kesulitan mempelajari huruf dan bunyi, menggabungkan huruf menjadi kata, membaca, dan memegang alat tulis.
"Pada umur 7 tahun seharusnya bisa menguasai huruf. Jika pada umur 8-9 tahun masih tak bisa, ada kemungkinan disleksia," kata dia. Tanda lain adalah kebingungan soal konsep ruang dan waktu serta kesulitan mencerna perintah yang disampaikan secara verbal, cepat, dan berurutan.
Namun yang patut dipahami adalah disleksia bukan karena si penyandang bodoh. Beberapa penyandang disleksia justru orang yang brilian. Menurut Dewan Pembina Asosiasi Disleksia Indonesia Purboyo Solek, yang patut ketahui adalah intelligence quotient (IQ) si pengidap: normal, di bawah rata-rata, atau justru superior.
Albert Einstein dan Presiden Amerika Serikat ke-43 George Walker Bush adalah contoh penyandang disleksia. Disleksia juga tak disebabkan oleh latar belakang sosial-ekonomi yang buruk, gangguan penglihatan atau pendengaran, atau tak ada motivasi belajar
"Jangan melabeli mereka sebagai anak bodoh," kata dia. Pasalnya, jika diberi label sebagai anak bodoh, mereka tak bisa tampil sesuai dengan IQ-nya dan sia-sia. Jika diketahui IQ-nya, orang tua akan memahami apakah anak mereka memang mengidap disleksia atau mengalami kesulitan belajar.
Baca juga :
Workaholic Bisa Bikin Sukses?
Batik Sawunggaling untuk Ramadan dan Lebaran
7 Fashion Item Favorit Jessica Alba, Termasuk Jaket Army