Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bagaimana Menyikapi Anak Tomboi?

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Ilustrasi gaya tomboi. Shutterstock.com
Ilustrasi gaya tomboi. Shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sejak kecil, Sri Karyati, 24 tahun, tidak suka mengenakan rok. Mahasiswi sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta ini memiliki teman sepermainan yang kebanyakan laki-laki. Busana kesehariannya adalah kaus dan celana pendek. Jika ia harus memakai rok, itu pun hanya seragam sekolah." Itu juga terpaksa pakai," ujarnya kepada Tempo.

Bisa jadi Kar—sapaannya— senang mengenakan celana pendek atau panjang lantaran merasa lebih nyaman. Gadis penyuka olahraga bulu tangkis dan sepeda ini mengaku pakaian itu lebih simpel, tidak memerlukan banyak aksesori. Saat kuliah, wajahnya dibiarkan tanpa polesan kosmetik. "Sampai sekarang belum bisa pakai rok, apalagi dandan," kata Kar.

Perilaku Kar ini bisa jadi memang terbentuk oleh lingkungan. Tiga saudaranya perempuan semua. Orang tuanya sebenarnya ingin punya anak laki-laki. Tapi, begitu sang ibu melahirkan, ternyata perempuan lagi. Akhirnya orang tuanya pun sering membelikan celana ketimbang rok sebagai pengganti kekecewaan. Kebiasaan ini terus berlanjut serta membuat Kar lebih nyaman bercelana pendek dan panjang pada setiap penampilannya.

Sementara itu, Lina Setyowati, karyawan swasta di daerah Jakarta Pusat, juga paling doyan memakai celana panjang dan kaus oblong. Sejak kecil pergaulannya juga tak jauh dari teman laki-laki. Dia pun ketularan merokok dan punya hobi memelihara ular.

Adapun Desta, 40 tahun, mengulum senyum saat menuturkan pengalaman masa remajanya dulu. Ibu tiga anak yang berprofesi sebagai pemilik butik busana muslim ini mengakui sejak anak-anak hingga kuliah dirinya adalah anak tomboi."Saya tidak pernah berpakaian perempuan. Hobi main sepak bola dan basket. Semua teman saya kebanyakan cowok."

Sampai ketika kuliah tingkat II, ibu Desta memasukkannya ke sanggar kepribadian dan kursus menari."Tetap saja tomboi. Baru setelah menikah dan punya anak satu, saya berjilbab dan total menjadi perempuan sejati," ujarnya kemudian terbahak. Nama "Desta", kata dia, merupakan kependekan dari nama panjangnya Desita Haryati. "Nama tersebut pemberian teman-teman cowok ketika di SD,"ujarnya.

Yang menarik, di jejaring sosial Facebook juga ada sekelompok anak yang menamakan diri sebagai Komunitas Anak Tomboy. Anggotanya adalah mereka yang merasa tomboi. Administratornya seorang anak perempuan yang cukup cantik dengan potongan rambut ala Korea.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada dinding halaman akun komunitas ini, sempat juga si administrator melontarkan pertanyaan tentang pernikahan dan kehamilan. Jawabannya rata-rata mereka juga tetap menginginkan pernikahan dan kehamilan, meski itu baru akan dipikirkan bila mereka kelak dewasa.

Psikolog Tika Bisono mengatakan seorang anak perempuan bisa menjadi tomboi karena beberapa faktor. Salah satunya faktor genetis. Tapi faktor ini merupakan faktor yang tidak mudah diketahui. Dalam perkembangannya, bisa terjadi penyimpangan- penyimpangan.

Selain itu, kata Tika, pola asuh dan lingkungan. Pola asuh yang salah juga bisa membuat anak perempuan menjadi tomboi. Meski begitu, harus dilihat juga sisi pergaulannya. Tika menyebutkan budaya androgini ini bisa masuk ke dunia fashion dan perilaku yang mengikuti tren."Bisa jadi karena diperhatikan orang dan menjadi identitas atau ciri khas mereka,"ujarnya.

Sementara itu, psikolog keluarga Retno Pudjiati mengatakan tidak semua anak perempuan tersebut menjadi tomboi selamanya. "Semua sangat tergantung proses perkembangan dirinya. Ada banyak kasus si tomboi tidak selalu ‘koboi’.Artinya, menjadi tomboi bukan berarti menjadi lelaki sejati atau hidup tak keruan," kata Retno.

Dia pun menjelaskan, beberapa teman dan saudaranya semasa kecil hingga remaja tomboi. Tapi, setelah dewasa dan menikah, mereka justru menjadi sangat feminin. "Yang penting, keluarga tetap mengarahkan si anak tomboi. Tidak membiarkannya larut atau asyik sendiri hingga mengabaikan kodratnya," ujar Retno.

KORAN TEMPO


Berita lainnya:
Sst, Tak Pakai Bra Justru Bikin Payudara Lebih Sehat Lho
Sedih? Menangislah Sepuasnya, Lepaskan Semua
Menumpang di Rumah tapi Perilakunya Keterlaluan, Huh!

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dukung Orang Tua Membersamai Tumbuh Kembang Anak dengan Konsep Adventure Parenting

9 hari lalu

Salah satu kegiatan di program Taro Rangers Camp, 28-29 September 2024. Dok. Taro
Dukung Orang Tua Membersamai Tumbuh Kembang Anak dengan Konsep Adventure Parenting

Pendekatan adventure parenting bisa menjadi cara membantu orang tua membangun karakter dan budi pekerti anak. Berikut contohnya.


Mengenal Apa Itu Fatherless dan Dampaknya pada Anak

16 hari lalu

Ilustrasi fatherless. Foto: Canva
Mengenal Apa Itu Fatherless dan Dampaknya pada Anak

Apa itu fatherless? Istilah ini merujuk pada ketidakhadiran ayah dalam perkembangan anak. Berikut ini dampak buruknya.


Psikolog: Gentle Parenting Bantu Kembangkan Kecerdasan Emosional Anak

25 hari lalu

Ilustrasi keluarga memasak bersama. Freepik.com
Psikolog: Gentle Parenting Bantu Kembangkan Kecerdasan Emosional Anak

Teknologi memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan anak.


8 Dampak Pola Asuh Strict Parents Pada Anak, Salah Satunya Risiko Depresi

50 hari lalu

Ilustrasi orang tua bertengkar di depan anak-anak. betterparenting.com
8 Dampak Pola Asuh Strict Parents Pada Anak, Salah Satunya Risiko Depresi

Berikut ini dampak strict parents pada perkembangan anak. Di antaranya bisa meningkatkan risiko depresi hingga tidak percaya diri.


10 Ciri-Ciri Orang Tua Strict Parents, Salah Satunya Banyak Menuntut

50 hari lalu

Ciri ciri strict parents. Foto: Canva
10 Ciri-Ciri Orang Tua Strict Parents, Salah Satunya Banyak Menuntut

Ketahui beberapa ciri-ciri strict parents. Di antaranya adalah memiliki banyak aturan hingga mengontrol penuh tindakan anak.


7 Tips Mengasuh Anak Bagi Orang Tua yang Bekerja

5 Agustus 2024

Tips mengasuh anak. Foto: Canva
7 Tips Mengasuh Anak Bagi Orang Tua yang Bekerja

Berikut ini beberapa tips mengasuh anak untuk orangtua yang bekerja. Pastikan membuat jadwal teratur dan memiliki waktu berkualitas dengan anak.


Kronologi Terungkapnya Penganiayaan Balita di Daycare Depok oleh Influencer Meita Irianty

1 Agustus 2024

Wensen School yang diduga daycare aniaya anak di Jalan Putri Tunggal No.42 RT. 09/03 Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Cimanggis, Depok tutup, Rabu, 31 Juli 2024. TEMPO/Ricky Juliansyah
Kronologi Terungkapnya Penganiayaan Balita di Daycare Depok oleh Influencer Meita Irianty

Kronologi terungkapnya penganiayaan di daycare oleh Meita Irianty yang juga dikenal sebagai influencer parenting di media sosial.


Profil Meita Irianty, Influencer Parenting Pemilik Wensen School Daycare Depok yang Tega Aniaya Balita

1 Agustus 2024

Wensen School yang diduga daycare aniaya anak di Jalan Putri Tunggal No.42 RT. 09/03 Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Cimanggis, Depok tutup, Rabu, 31 Juli 2024. TEMPO/Ricky Juliansyah
Profil Meita Irianty, Influencer Parenting Pemilik Wensen School Daycare Depok yang Tega Aniaya Balita

Profil pemilik Wensen School Daycare, Meita Irianty atau akrab disapa Tata Irianty. Polisi telah menetapkannya sebagai tersangka penganiayaan balita.


Pola Asuh Anak yang Diterapkan Nikita Willy di Tengah Kesibukan

7 Februari 2024

Nikita Willy bersama anak pertamanya, Issa Xander Djokosoetono. Foto: Instagram/@nikitawillyofficial94
Pola Asuh Anak yang Diterapkan Nikita Willy di Tengah Kesibukan

Nikita Willy memahami kunci pola asuh yang baik adalah dengan menerapkan rutinitas sehari-hari yang konsisten meskipun sebagai ibu yang juga bekerja.


Pola Asuh Pintar dan Manfaatnya pada Perkembangan Anak

7 Februari 2024

Ilustrasi ibu bahagia saat mencium anaknya. Foto: Unsplash/Humberto Chavez
Pola Asuh Pintar dan Manfaatnya pada Perkembangan Anak

Ibu perlu menerapkan pola asuh yang fokus pada aspek perkembangan anak sesuai usianya yang disebut smart parenting. Cek manfaatnya.