TEMPO.CO, Jakarta - Pernahkah Anda uring-uringan dan menjadi tak betah di rumah karena ada tamu yang sikapnya sudah keterlaluan? Biasanya, peristiwa ini terjadi kepada mereka yang rela maupun terpaksa menerima saudara atau teman yang menumpang selama beberapa waktu di rumah.
Lantaran tinggal satu atap, mau tak mau Anda harus berbagi segala sesuatu dengan dia, semisal saat menonton televisi, memasak di dapur, makan, antre ke kamar mandi, berbagi tempat tidur, sampai saling menerima kebiasaan pribadi. Jika tak cakap menyikapi, bisa-bisa privasi Anda terganggu. Bahkan mungkin juga ada yang kelewatan hingga 'merampas' kehidupan sosial si penghuni rumah.
Lantas, bagaimana caranya agar orang yang bertamu mengerti dan mau menjalankan aturan main di rumah?
Menurut Dewi Yogo Pratomo, psikolog dan ahli hipnosis yang sering membantu menangani masalah trauma dan persoalan keluarga, hidup menumpang di Indonesia bukan cerita baru. Kebiasaan saling membantu termasuk memberi tumpangan hidup, sudah menjadi tradisi di Tanah Air sejak zaman dulu. Kata Dewi, persoalan menjadi menarik jika yang ditumpangi adalah lajang yang memiliki sikap dan prinsip hidup sendiri.
Lalu, masalah datang dan mengganggu sisi pribadi yang telanjur hidup nyaman ini. "Ada banyak peristiwa, mereka jadi merasa harus bertanggung jawab dan bersikap laiknya orang tua. Padahal belum menikah," katanya. Memang ada beberapa yang bisa menyelesaikan masalah, tapi lebih banyak yang frustrasi karena tidak berhasil merampungkan persoalan ini.
Menurut Dewi, sebelum memutuskan untuk menerima keponakan yang akan menumpang, masing-masing pihak harus jujur, terbuka memaparkan siapa dia, dan menerangkan prinsip hidupnya. "Kesalahpahaman yang fatal muncul karena tidak mengetahui satu sama lain dan menganggap remeh perbedaan di antara mereka," ujarnya.
Kalau sejak awal ada sikap jujur dan terbuka, selanjutnya akan terjalin komunikasi dan proses pengenalan serta pemahaman satu sama lain. "Pokoknya jangan ada dusta di antara kita," katanya, seperti sebuah syair lagu. Dia mengingatkan, risiko hidup menumpang memang tak enak meski masih dengan keluarga sendiri. Sebaiknya diterapkan prinsip untuk memahami perasaan orang yang ditumpangi.
"Jadilah anggrek, bukan benalu. Anggrek, biar hidup menumpang, mampu menghidupi diri dan memberikan keindahan yang membuat inang penampungnya bahagia. Sebaliknya, benalu justru hidup parasit yang merugikan dan menyakitkan," ujar Dewi.
Berita lainnya:
Betulan Cinta atau Sekadar Menjalani Hubungan?
Waspadai Kosmetik yang Menurunkan Kesuburan Wanita
Tinggal di Sekitar Bandara Berisiko Tekanan Darah Tinggi