TEMPO.CO, Jakarta - Sepintas sayur gabus pucung mirip rawon, tapi isinya ikan gabus. Seiring dengan berkurangnya situ di Jakarta, menu masakan yang satu ini pun semakin terlupakan. Susah mencari ikan gabus.
Walhasil, masakan ini pun hanya bisa dinikmati orang banyak dalam festival makanan khas Betawi. Warung makan yang menjualnya pun tak banyak dan rata-rata berada jauh dari pusat Kota Jakarta. Bahkan, di Bekasi, ada lebih banyak restoran penjual gabus pucung ketimbang di Jakarta.
Ikan gabus yang sudah dibersihkan lalu digoreng hingga matang. Lebih dulu ikan digoreng agar tak hancur ketika direbus dengan kuah pucung. Kuahnya dibuat dari pucung dengan bumbu bawang merah, daun bawang yang dipotong kecil, serai, dan cabai hijau.
Menu ini disajikan bersama sepiring nasi. Idealnya memang dihidangkan saat masih panas sehingga, ketika kuah masuk mulut, terasa hangat dan ada rasa menggigit dari serai plus pedasnya cabai. Sedangkan rasa ikan gabus mirip lele, tapi dagingnya lebih tebal dan bertekstur serta tak lembek.
Meski gabus menjadi ciri khas, kekuatan utama menu ini justru pada kuah kentalnya yang asin, gurih, dan pedas. Ikan gabusnya sendiri tak diberi bumbu khusus sehingga memang menyantapnya perlu ditemani kuahnya.
Sayur gabus pucung sebenarnya merupakan salah satu menu wajib dalam pernikahan adat Betawi. Masakan ini juga menjadi bagian penting dalam tradisi nyorog, yakni anak mengantarkan masakan ini kepada orang tua atau mertua menjelang bulan puasa dan Lebaran.
Berita lainnya:
Cara Baru Makan Es Krim: Dalam Pot
Bahaya jika Membentak Anak Usia 2-7 Tahun
Informasi Berseliweran, Mari Ajak Si Kecil Berpikir Kritis