TEMPO.CO, Jakarta - Anak memang tidak wajib menjalankan ibadah puasa Ramadan. Namun mengajarkan puasa Ramadan perlu diterapkan sejak usia dini. Ada orang tua yang menjadikan puasa sebagai tantangan untuk memotivasi anak dalam menjalankannya. Ada pula yang memberikan iming-iming hadiah agar anak bersemangat puasa.
Menurut psikolog Kasandra Putranto, memotivasi anak dengan hadiah tak jadi masalah jika digunakan untuk mengajarkan puasa bagi mereka yang belum wajib menunaikannya. “Jika belum akil balig, hadiah memang bisa dijadikan motivasi,” katanya.
Namun, jika dia sudah akil balig, motivasi berbentuk hadiah tak perlu lagi. Sebab, kata Kasandra, puasa adalah kewajiban dalam agama. Orang tua perlu menjelaskan kepada anak bahwa puasa juga dijalani oleh pemeluk agama lain.
Mengajarkan puasa, dia melanjutkan, perlu kebiasaan dan bertahap. Tahap ini bisa dimulai dengan puasa seperempat hari, setengah hari, lalu sehari penuh, bergantung pada kemampuan si anak. Repotnya jika orang tua malah tak berpuasa. Akan sangat susah mengajarkan anak puasa karena perlu keteladanan. Jika orang tua tak berpuasa karena alasan kesehatan, misalnya sakit atau hamil, mereka harus menjelaskan kepada anaknya agar paham.
Mengenai bentuk penghargaan bagi anak yang berpuasa, orang tua disarankan memilih hadiah yang masuk akal. Maksudnya, hadiah harus sesuai dengan kebutuhan si anak, bukan sekadar menuruti keinginannya. Misalnya, jika sepatu si anak sudah rusak, ia dapat dihadiahi sepatu. Hadiah sebaiknya tidak berbentuk uang.
KORAN TEMPO | DINA ANDRIANI
Berita lainnya:
7 Ciri-ciri Kekasih Posesif
Masalah Kesehatan yang Sering Ditanyakan Saat Ramadan
OTW Food Street Meruya, Tongkrongan Baru di Jakarta Barat