TEMPO.CO, Jakarta - Nuansa rustic menyambut ketika pintu Dua Mutiara Ballroom, Hotel JW Marriott, dibuka. Dua meja kayu panjang diletakkan di tengah ruangan. Lampu-lampu panjang digantung sedemikian rupa menyerupai tirai, mengelilingi 40 kursi yang disediakan untuk para undangan.
Dekorasi meja makan juga tak terlewatkan dari sentuhan rustic. Lilin-lilin putih besar diletakkan di tengah meja, beralaskan dedaunan, ranting, serta bunga-bunga ungu. Kami serasa sedang menghadiri jamuan makan para peri hutan.
Negeri peri tersebut dirancang sebagai dekorasi Wolf Blass Wine Dinner, Jumat pekan lalu. Acara ini digelar untuk kembali memperkenalkan Wolf Blass, yang telah tiga tahun hadir di Indonesia. General Manager JW Marriott Jakarta, Karan Berry, membuka acara sembari memperkenalkan winemaker Wolf Blass, Stuart Rusted. "Apabila ada makanan dan wine yang tidak cocok, Anda tahu harus menyalahkan siapa," ujar Berry, berseloroh.
Wolf Blass merupakan merek wine ternama dari Barossa Valley, lembah yang terletak sekitar 40 kilometer di utara Adelaide. Wolfgang Franz Otto Blass mendirikan bisnis anggurnya setelah lari dari sekolah pada 1966. Orang tuanya memberi pilihan: ikut pendidikan pembuatan anggur atau kembali ke sekolah. Pilihan Blass jatuh ke yang pertama, dan lahirlah Wolf Blass.
Anggur-anggur Blass berasal dari perkebunan di selatan Australia. Rusted mengatakan warna kuning dipilih Wolf Blass sebagai labelnya karena saat itu kebanyakan wine didominasi warna-warna gelap. "Untuk menarik perhatian dan pengingat. Warna tersebut juga mewakili rasa segar dan fruity dari wine ini," kata dia.
Tema rustic tak berhenti pada dekorasi. Executive Chef Fransisco Brown menyusun sajiannya menyerupai kebun mini di piring sebagai hidangan pembuka. Kelembutan feta cheese dan manis renyah roasted beetroot makin segar, dilengkapi dengan rasa asam dari Wolf Bass Yellow Label Riesling produksi 2012. Aroma buah sangat dominan pada nomor pembuka satu ini, cocok menjadi partner hidangan pertama.
Hidangan kedua adalah sup krim kentang dengan scallop dan kol. Sajian creamy ini dikawinkan dengan Wolf Blass Gold Label Adelaide Hills Chadonnay keluaran 2013. Dari wine ini, tercium aroma apel yang berpadu dengan kacang-kacangan. Perkawinan keduanya menguatkan rasa krim sajian kedua.
Involtinis of Beef Parmesan menjadi bintang utama sajian malam itu. Daging gulung dengan isian jamur dan buah badam (almond) ini dipadukan juga dengan bintang utama Wolf Bass, yakni Wolf Blass Grey Label Langhorne Creek Cabernet Shiraz produksi 2010. Rusted menyebut anggur merah ini sebagai andalan Wolf Blass. Wine ini dibuat dari anggur yang berasal dari kebun di Langhorne Creek. Daerah ini merupakan daerah pinggir Sungai Bremer yang subur dan kaya mineral. Rusted mengatakan Grey Label pertama kali diluncurkan pada 1967 dan sampai sekarang tetap menjadi favorit.
Sebagai penutup, Chef Baron menyuguhkan Ricotta Cheese Cake dan Red Berries Sorbet, memenuhi mulut dengan sensasi creamy dan asam. Namun, dengan diiringi Wolf Blass Red Label Moscato, rasa manis yang ringan kembali menyesap di mulut. Porsi dessert yang cukup banyak berhasil membuat para undangan menyender kekenyangan sambil berbincang diiringi alunan biola yang memainkan tembang-tembang kekinian.
KORAN TEMPO | TIKA PRIMANDARI
Berita lainnya:
Sikap Elegan Saat Bertemu Sang Mantan
Cara Sehat Menyimpan Makanan di Kulkas
Segera Akhiri Hubungan Anda dengan Pria Seperti Ini