TEMPO.CO, Jakarta - Keramaian itu mengundang hasrat melongok setiap kali saya melewati Jalan Meruya Ilir Raya, Jakarta Barat. Saban malam, di muka Pasar Pengampuan, Srengseng, terbentuk deretan mobil dan sepeda motor di bawah plang terang "OTW Food Street".
Setelah dua kali gagal singgah karena area parkir penuh, saya menyambangi tempat itu bersama dua rekan, dua hari lalu. Nur Kholidin, manajer OTW Meruya, mengatakan gerai yang baru buka bulan lalu itu merupakan restoran waralaba OTW keempat setelah OTW Food Street Kelapa Gading (buka tahun lalu), Depok, dan Malang.
Terdapat lebih dari 100 pilihan makanan dan minuman di OTW Meruya. Menu tersebar di empat stasiun pemesanan: makanan berat, minuman dan kopi, olahan cendol dan durian, serta martabak. Kami memesan Long John Bread dengan daging sapi kebab (Rp 55 ribu), Black Burger dengan daging sapi lada hitam (Rp 35 ribu), bakso sapi sumsum (Rp 28 ribu), dan nasi goreng hitam isi cumi (Rp 30 ribu). Tidak perlu ribet menghitung harga karena semua banderol sudah termasuk pajak dan biaya pelayanan. Sebaiknya siapkan uang tunai karena mereka cuma punya satu mesin transaksi kartu pembayaran.
Meski penampakannya sangat Instagramable, Long John Bread—roti sepanjang 40 sentimeter—tidak menggugah selera kami. Tebalnya roti menenggelamkan daging kebab, sehingga yang terasa hanya roti, saus, dan keju. "Iya, karena dagingnya tipis," kata Nur Kholidin, seperti ditulis Koran Tempo edisi digital, Jumat, 3 Juni 2016. Dia menyarankan Long John isi sosis—salah satu menu favorit di OTW Meruya—untuk kunjungan berikutnya.
Namun, kami terkesan oleh suguhan lainnya. Burger hitam berdiameter 15 sentimeter ludes kurang dari lima menit. Patty alias daging burger itu tebal dan mengeluarkan aroma smoky saat dikunyah. Adapun nasi goreng hitam—menggunakan tinta cumi sama seperti bun pada Black Burger—memiliki rasa cumi yang kuat. Sayang, penyajiannya tidak keren karena menggunakan piring hitam. Saat difoto, yang terlihat hanya telur mata sapinya. Bakso plus sumsum sapi, yang pada malam itu dipesan hampir separuh tamu OTW Meruya, pantas menjadi andalan tempat makan ini. Kami sepakat porsi menu itu—enam butir bakso dan dua tulang kaki sapi—kurang banyak. "Sumsum menyusut banyak saat dimasak, padahal masaknya cuma 15 menitan," ujar Nur Kholidin.
Kekurangan dari sajian malam itu ada pada minuman. Kasir menyetop pemesanan minuman andalan OTW Meruya, seperti Bubblegum & Marshmallow, karena panjangnya antrean. Saat kami memesan satu jam setelah datang, minuman itu sudah habis.
Kiki Rahma, pengawas di OTW Meruya, mengatakan mereka memang kerap kehabisan menu karena jumlah pembeli di luar ekspektasi: mencapai 800 orang per hari. Puncak waktu kunjungan adalah sekitar pukul 19.00. "Rata-rata pengeluaran per tamu Rp 60-110 ribu," katanya. OTW Meruya buka pada pukul 16.00-23.00 WIB. Mereka berencana buka mulai pukul 11.00 WIB setelah Lebaran nanti.
Dalam soal dekorasi, OTW Meruya menyenangkan. Shienny, pemiliknya, menyulap lokasi bekas toko material itu menjadi food court seluas 700-an meter persegi dengan tema garasi. Lukisan monyet berbaju mekanik tersebar di hampir semua sudut. Saat kami mencuci tangan, air mengucur dari keran nozzle pompa bensin ke wastafel yang dilingkari karet ban.
Meski malam itu kami datang saat puncak kunjungan—semua bangku, lebih dari 100, terisi—garasi itu tidak pengap. Langit-langit yang tinggi dan sederet kipas angin membantu udara mengalir lancar. Penyejuk udara di ruangan non-smoking pun dingin. Musala berukuran 2 x 2 meter ada di dekat ruang saji.
Sayang, tempat yang menyenangkan itu tidak terlihat dari luar. Penyebabnya, akses masuk terbatas dan terhalang oleh tempat parkir sepeda motor, yang hampir selalu penuh. Adri, 21 tahun, terpaksa memarkirkan sepeda motornya di rumah kekasihnya, sekitar 1 kilometer dari OTW, karena tidak kebagian tempat. "Untung makanannya enak," ujar mahasiswa Universitas Pamulang yang baru melahap mi ayam lada hitam itu.
Warga Kebon Jeruk itu juga pewe berlama-lama di sana, dan berencana kembali keesokan harinya demi menjajal Bubblegum & Marshmallow yang malam itu keburu ludes. Namun, tingkat kenyamanan Adri dan pengunjung lainnya dipastikan anjlok jika pemilik merealisasi rencana penambahan meja dan kursi di OTW Meruya yang sudah superpadat itu.
REZA MAULANA