TEMPO.CO, Jakarta - Komisi kesehatan di Eropa, khususnya kesehatan anak-anak, kini dipusingkan dengan banyaknya bocah yang kelebihan berat badan. Kabarnya, satu dari tiga anak di Benua Biru mengalami obesitas, dengan jumlah terbanyak di Spanyol dan Italia.
Penelitian dilakukan terhadap anak-anak di 46 negara dengan hasil 41 juta bocah kelebihan berat badan. Jumlah anak obesitas di Eropa diperkirakan bakal meningkat hingga 70 juta orang pada 2025.
Hasil penelitian dilakukan terhadap anak berusia 6-9 tahun. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa 35 persen bocah laki-laki berusia 11 tahun mengalami obesitas, sedangkan anak perempuan berusia sama sebanyak 24 persen.
Penyebab melonjaknya berat badan anak-anak itu adalah makanan yang tidak terjaga, seperti banyak mengkonsumsi makanan sampah (junk-food) atau siap saji yang mengandung lemak trans tinggi, gula, dan garam, sementara konsumsi buah, sayur, serta biji-bijian sangat rendah.
Efek sampingnya adalah masalah emosi dan psikologis karena kelebihan berat badan bisa menyebabkan stres atau depresi. Selain itu, mereka mengalami masalah dengan lever yang sudah kesulitan memproses lemak berlebih, selain juga masalah pencernaan.
Baca Juga:
Obesitas pada anak-anak itu juga bisa terjadi sejak bayi. Para bayi yang diberikan susu formula dengan protein tinggi berpeluang mengalami obesitas tiga kali lipat pada usia 6 tahun ketimbang anak yang mendapatkan air susu ibu. Penelitian menyebutkan bahwa bocah yang diberikan nutrisi sehat dan wajar oleh para orang tua mereka pada usia dini 10 persen lebih sehat dan mampu mengatasi penyakit berbahaya pada masa kanak-kanak.
DAILYMAIL | PIPIT
Berita lainnya:
Selusin Kegiatan yang Bisa Mencegah Pikun
Jika Anda Berhenti Pakai High Heels, Ini yang Terjadi
Lupakan Cokelat, Cobalah 12 Camilan Sehat di Sela Jam Kerja