TEMPO.CO, Jakarta - Labeling atau melabeli seseorang seperti sudah kebiasaan yang sering kita lakukan tanpa sadar kepada orang lain. Tidak hanya label negatif, tapi juga label positif.
Ternyata, pelabelan yang sepintas tidak ada salahnya ini, justru berbahaya. Terlebih jika tidak sesuai dengan kenyataan.
Bagaimana agar labeling menjadi tidak berbahaya dan tidak membebani orang lain? Berikut saran dari Anggia Chrisanti, konselor dan terapis DEPTH (deep psych tapping technique) di Biro Konsultasi Psikologi Westaria.
1. Bersikap objektif
Jangan meremehkan orang lain. Setiap orang bisa baik dan bisa juga buruk. Bisa benar, bisa juga salah. Bersikap objektif mengajak kita untuk selalu memegang prinsip. Jika benar katakan benar, jika salah katakan salah. Tidak perlu dibagus-baguskan, tidak perlu pula dijelek-jelekkan.
2. Realistis
Tidak ada manusia yang sempurna. Seseorang yang hari ini baik, bisa saja berbuat salah di kemudian hari. Mereka yang hari ini disebut pasangan harmonis dan romantis, pasti akan menghadapi masalah juga. Bagaimana penyelesaiannya, terserah masing-masing. “Satu hal yang harus dipahami, penyelesaian itu bisa saja dianggap tidak baik, namun itulah yang harus terjadi. Tidak baik menurut penilaian kita, tapi mungkin terbaik bagi mereka,” tutur Anggia.
3. Benar, bukan baik
Tak seorang pun bisa atau harus menjadi baik untuk semua. Sedangkan, benar tidak melulu baik. Saat seseorang berbuat benar, belum tentu kita akan menyukainya.