TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa itu sudah lima tahun berlalu. Namun, hingga kini Siami masih belum bisa merasa tentram. Penyebabnya, Siami telah membongkar praktek sontek massal di SD Negeri Gadel 2 Surabaya, sekolah tempat putera sulungnya, Alifah Ahmad Maulana, menimba ilmu. Akibat tindakannya itu, Siami terus mendapat teror. Bahkan, impian puteranya untuk bersekolah di SMA Negeri 6 Surabaya nyaris pupus.
“Saya diberitahu oleh wakil kepala sekolah, saat Alif mendaftar ada oknum yang membawa-bawa berkas lama saya agar Alif tidak diterima,” kata perempuan yang kini berusia 37 tahun itu saat dihubungi Tempo. Beruntung pejabat di SMA Negeri 6 Surabaya mengetahui rencana tersebut. Alif yang kini berusia 17 tahun sukses masuk sekolah idamannya dan kini duduk di kelas sebelas.
Teror kepada keluarga Siami bermula sejak Mei 2011. Ketika itu, ia melaporkan tindakan kecurangan pada pelaksanaan ujian nasional di sekolah Alif. Alif mengaku dipaksa gurunya untuk memberi jawaban kepada teman-teman peserta ujian lainnya. Tak bisa menolak, kakak dari Enggar Galih Waskita ini memberi contekan walau tak semua jawaban benar. Sepulang sekolah, ia mengadu pada ibunya. “Di situ saya marah, saya tidak bisa tinggal diam,” kata wanita tamatan SMP ini.
Tapi ia tak menyangka, kejujurannya malah menjadi bumerang buat keluarga. Mereka diusir dari rumahnya di Jalan Gadelsari Barat II, Kelurahan Karangpoh. Sempat tinggal menumpang di rumah orangtua di Desa Sedapurklangen, Kecamatan Benjeng, Gresik, pada 18 September 2011 akhirnya keluarga Siami bisa menempati rumah baru di Jalan Kendung I F Nomor 93, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo, Surabaya Barat.
Istri dari Widodo ini sudah menduga, meski sudah memulai kehidupan baru dengan pindah tempat tinggal dan sekolah, tekanan karena kejujurannya masih akan berlangsung. Tapi ia tak akan lelah berjuang. “Ini menyangkut masa depan moralitas anak saya. Kalau saya diam, sia-sia saya mendidik anak-anak yang merupakan calon penerus generasi bangsa.”
AYU PRIMA | MAJALAH TEMPO Edisi 18 April 2016