TEMPO.CO, Jakarta - Anda tentu sedikit banyak mengetahui tentang program Keluarga Berencana atau KB. KB adalah gerakan untuk membentuk keluarga sehat dan sejahtera dengan membatasi jumlah kelahiran. Jumlah anak dalam keluarga yang dianggap ideal adalah dua orang.
Gerakan ini dimulai pada akhir 1970-an hingga sekarang. KB merupakan sebuah program pencegahan yang paling dasar dan utama bagi wanita.
Namun, hasil survei yang dilakukan pada 2011 berjudul “Clueless or Clued Up: Your Right to be Informed about Contraception” menunjukkan bahwa 30 persen responden Asia mendapat informasi yang salah tentang kontrasepsi.
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang artinya “mencegah” atau “melawan”, dan “konsepsi” yang berarti “pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan”. Kontrasepsi bertujuan mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma. Kontrasepsi ada yang temporer dan ada yang permanen.
1. Kontrasepsi Temporer
Kontrasepsi temporer bersifat sementara dan bertujuan menunda kehamilan atau mengatur jarak antar-kehamilan. Jenis kontrasepsi ini dapat digunakan jika Anda belum ingin memiliki anak dalam jangka waktu tertentu dan dapat dilepas jika Anda telah siap memiliki anak kembali. Berikut ini beberapa jenis kontrasepsi temporer.
A. Pil
Kontrasepsi dalam bentuk pil ini bekerja menggunakan hormon progesteron, hormon estrogen, atau salah satunya, yang bekerja untuk mencegah terjadinya ovulasi. Berfungsi dengan efektif jika dikonsumsi secara teratur.
Pil kontrasepsi dapat digunakan untuk menghindari kehamilan pertama atau memberi jarak pada waktu kehamilan berikutnya sesuai dengan keinginan Anda.
Kekurangannya adalah pil ini tidak melindungi dari penularan penyakit seksual. Terdiri atas pil gabungan atau kombinasi yang mengandung dua hormon sintetis, yaitu hormon estrogen dan progesteron.
Perlu kecermatan dalam pemakaiannya, yang mana per 28 hari, pil dikonsumsi setiap hari untuk 21 hari dan tidak dikonsumsi untuk 7 hari.
Ada pula pil mini yang mengandung dosis kecil progesteron dan tidak mengandung hormon estrogen. Dapat dikonsumsi oleh wanita yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi, tidak memiliki estrogen karena mengidap tekanan darah tinggi, atau kegemukan.
B. Kondom
Kondom adalah pilihan alat kontrasepsi yang paling populer di masyarakat. Berbentuk kantong karet tipis yang biasanya terbuat dari lateks, tidak memiliki pori, dipakai oleh pria untuk mencegah sperma masuk ke tubuh wanita. Kondom memiliki banyak kelebihan, misalnya harganya terjangkau, mudah dibeli termasuk di mini market terdekat, dan dapat mengurangi risiko penularan penyakit seksual, termasuk HIV/AIDS. Hanya saja, kondom adalah alat sekali pakai dan hanya efektif bila dipasang dengan tepat.
C. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) adalah perangkat plastik berbentuk huruf T yang diletakkan di dalam rahim yang berguna untuk menghadang sperma agar tidak membuahi sel telur. Penggunaan alat kontrasepsi ini pemasangannya bisa dilakukan oleh dokter atau bidan.
Bagi ibu menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran, ataupun kadar air susu ibu. AKDR ada yang terbuat dari tembaga, seperti ParaGard, yang dapat bertahan hingga 10 tahun dan ada yang mengandung hormon, seperti Mirena, yang perlu diganti tiap 5 tahun sekali. Kelebihan menggunakan ADKR adalah waktu pemakaiannya sekali untuk jangka panjang dan Anda bisa segera kembali subur setelah AKDR Anda dilepas oleh dokter.
Namun, bagi beberapa orang, penggunaan alat ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman serta berpotensi menimbulkan efek samping berupa rasa kram dan menambah menstrual bleeding.
D. Suntikan
Kontrasepsi metode suntikan adalah menyuntikkan obat pencegah kehamilan, yang pemakaiannya dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut pada wanita subur. Obat ini berisi Depo Medorxi Progesterone Acetate (DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot di bokong atau pada pangkal lengan. Suntikan bertahan hingga 3 bulan dan dapat digunakan oleh wanita yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi mengandung estrogen. Namun jenis ini tidak melindungi Anda dari penyakit kelamin yang menular melalui hubungan seks serta memiliki efek samping, seperti mual dan nyeri pada payudara.
E. Implan
KB implan memiliki bentuk garis atau tabung tipis sepanjang 40 mm dan lebar 2 mm, yang mengandung hormon progesteron dan terbuat dari bahan plastik. Implan ini mencegah pembuahan atau kesuburan dengan cara menebalkan lendir pada leher mulut rahim dan membuat lapisan pada rahim menipis, sehingga sperma sulit membuahi dan rahim tidak siap untuk terjadinya kehamilan. Dapat bekerja efektif hingga 3 tahun lamanya tapi memiliki efek samping, seperti rasa perih pada kulit di sekitar implan dipasangkan, nyeri, bengkak, serta kemungkinan menstruasi menjadi tidak teratur.
E. Spermatisida
Dapat berbentuk busa, krim, atau jelly yang berfungsi membunuh sel sperma. Bahan ini ditempatkan dalam vagina sebelum berhubungan seksual, beberapa di antaranya dilakukan 10-30 menit sebelumnya untuk menghambat gerakan sel sperma atau bahkan membunuhnya. Walau mudah dilakukan, alat kontrasepsi ini tidak melindungi dari penyakit kelamin menular dan dapat menimbulkan iritasi.
2. Kontrasepsi Permanen
Kontrasepsi permanen diperuntukkan bagi Anda yang sudah memiliki keturunan serta memutuskan Anda dan pasangan sudah tidak ingin memiliki keturunan lagi. Kontrasepsi permanen dilakukan dengan cara sterilisasi seperti berikut ini.
A. Tubektomi
Sterilisasi pada wanita dengan cara pemotongan dan pengikatan saluran telur atau tuba falopi, sehingga sel telur tidak keluar dari ovarium. Hampir 100 persen efektif dan bersifat permanen. Tidak diperlukan perawatan harian dan tidak mempengaruhi kadar hormon. Namun hal ini dilakukan dengan metode bedah dan membutuhkan biaya yang cukup mahal.
B. Vasektomi
Sterilisasi pada pria yang dilakukan dengan menutup saluran vas defrens yang membawa sperma dari testis ke sistem reproduksi. Bersifat permanen sehingga kondisi yang telah diubah hampir tidak bisa dikembalikan seperti semula.