TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Perdagangan Selandia Baru punya misi khusus di Indonesia: menguatkan ekspor makanan dan minuman. Untuk itu, seorang komisionernya, Tim Anderson, datang ke Jakarta dan mengajak beberapa media mencicipi masakan khas Negeri Kiwi untuk menunjukkan kesegaran dan kualitas bahan pangan mereka.
Di Hotel The Dharmawangsa beberapa waktu lalu, ada tiga hidangan yang digarap dari bahan-bahan yang didatangkan langsung dari negara asalnya. Supaya tak kehilangan orisinalitas, Anderson menggandeng Jethro Vincent, juru masak asal Wanaka, Selandia Baru. Koki yang kini menjadi executive chef di Sisterfields dan BO$$ Man, Bali, ini menyajikan hidangan yang didominasi oleh daging merah.
Kepada Tempo, Anderson mengatakan sajian kuliner negaranya berkebalikan dari Indonesia. "Kami percaya bahan-bahan masakan yang berkualitas tinggi dan segar tak perlu lagi dimasak dengan banyak bumbu," ujar dia. Untuk itu, dalam satu masakan, dia menambahkan, bumbunya bisa dihitung dengan jari. "Bahkan, hanya butuh garam dan merica untuk membumbui daging."
Makanan yang pertama tersaji siang itu adalah daging sapi saus tartar dengan kuning telur puyuh. Di atasnya diberi serutan ubi jalar manis berwarna oranye yang renyah. Tekstur dan rasa ubi jalarnya mirip grubi-jajanan tradisional-minus gula merah.
"Daging sapi ini masih mentah lho," kata Anderson, saat daging di piring kami hampir ludes. Undangan saling berpandangan, kebingungan. Wajar, karena sejak lahir kita terbiasa dengan daging yang dimasak sampai berjam-jam.
Menurut Anderson, dengan keyakinan orang-orang Selandia Baru akan kualitas hasil pangannya, mereka tidak merasa perlu memasak lama-lama. "Sayang, karena nanti kesegaran dan nutrisinya berkurang," ujar dia.
Umumnya, orang Indonesia akan berpikir ulang untuk melahap daging setengah matang, apalagi mentah. Namun, pikiran itu hilang karena tak ada bau amis dari piring saji kami. Cairan kuning kental telur puyuh pun terasa gurih. Daging sapi, parutan ubi jalar, dan kuning telur itu bersamaan meninggalkan jejak rasa gurih, asin, dan manis di lidah.
Sajian selanjutnya, bahu domba confit-teknik pengawetan dan pemasakan daging menggunakan lemaknya sendiri. Daging disajikan dengan kacang polong, crouton (roti yang dipotong dadu dan dipanggang sampai kering), dan daun blood vein sorrel. Daun ini berbentuk seperti anak panah, bercita rasa mirip lemon, dan punya guratan merah mirip pembuluh darah. Kaldu daging gurih lalu dituangkan untuk melengkapi sajian.
Hidangan Selandia Baru Bahu Domba Confit di Hotel Dharmawangsa
Belum masuk mulut, sajian ini sudah membuat kami terkesima. Satu gerakan pisau langsung membuat daging teriris. Kacang polongnya juga tak kalah sedap. Karakternya yang padat dan empuk menambah nikmat hidangan ini. "Ini sajian yang selalu ada saat hari raya," ujar Anderson. "Bahkan saya pun bisa memasaknya."
Sembari bersantap, Anderson bercerita tentang ciri khas peternakan di Selandia Baru. "Bukan kita yang jalan mencari rumput, terus kasih ke sapi dan domba, tapi mereka yang jalan-jalan sendiri untuk makan," kata dia. Praktek seperti itu, dia menambahkan, diyakini mendongkrak kualitas daging. "Apalagi, seratus persen sapi dan domba kami disembelih secara halal."
Perut mulai penuh. Namun, siapa yang mau melewatkan hidangan penutup bernama bannofee pie itu? Sajian itu berupa potongan pisang, saus karamel, dan biskuit karamel pisang ultratipis. Rasa manis karamel dan pisang membuat dessert ini menjadi pilihan favorit. Saking enaknya, sampai-sampai Alexander Nayoan, Direktur Pelaksana The Dharmawangsa, menahbiskannya sebagai menu utama.
Sayangnya, kesempatan menikmati masakan Selandia Baru tergolong langka. Anderson memprediksi butuh waktu sekitar lima tahun untuk menghadirkan restoran bergaya Selandia Baru di sini. Sebab, masakan khas negaranya wajib menggunakan material dari negeri asalnya. "Baru bisa buka restoran kalau di Indonesia sudah banyak yang menjual bahan pangannya," kata dia.
DINI PRAMITA
Berita lainnya:
Tip Menata Cermin di Rumah, Menurut Fengsui
Tak Paham Istilah Pendidikan, Cari di WikiEdu Indonesia
Cara Ampuh Ajarkan Anak Menabung Adalah dengan Belanja