TEMPO.CO, Surabaya - “Batik itu magic alias ajaib”. Begitu kata perancang busana Embran Nawawi dalam acara bincang-bincang bertajuk “Misteri Selembar Kain Batik Jawa Timur”, yang diadakan di Tunjungan Convention Center, Tunjungan Plaza, Surabaya, Jumat, 13 Mei 2016. Perhelatan ini merupakan bagian dari The 9th Surabaya Fashion Parade 2016. Menurut desainer Surabaya ini, batik tak bisa dinilai dengan sekadar dipandang.
“Harus dicoba sendiri di ruang ganti, baru kelihatan bagusnya,” kata desainer baju batik kawula muda ini. Orang kerap bingung memadukan batik dengan pakaian lain. Namun, menurut Embran, tak perlu khawatir. Embran membagikan tiga tip untuk padu padan batik.
Pertama, pakai batik tersebut terlebih dulu di badan. Lalu pilih salah satu warna yang ada di kain batik tersebut. Selama ini, orang cenderung memilih warna padanan yang sama dengan yang ada di kain batik, misalnya atasan batik bercorak biru dipadukan dengan rok biru.
Padahal, Embran menjelaskan, bisa saja bermain dengan warna lain. Bisa saja mengambil warna dominan pada kain tersebut. Atau, apabila kain batik dominan warna hijau tapi ada sedikit warna merah, jangan ragu memadukan dengan warna merah. “Batik itu magic. Kalau batik sudah dipakai duluan, lainnya waktu dipakai pasti kelihatan cocok,” tuturnya.
Kedua, tonjolkan batik. Ini untuk menghindari nilai keindahan batik yang dikenakan memudar. Menurut Embran, sebaiknya baju tidak terlalu heboh dan ramai agar batik yang dikenakan kelihatan menonjol, misalnya baju sabrina. “Kalau atasan sederhana, batik tak cuma kelihatan indah. Wajah juga lebih menonjol,” ucapnya.
Ketiga, batik Indonesia memiliki gender. Embran menyebut ada batik pria dan perempuan. Sebelum mengenakan batik, hal ini mesti diperhatikan terlebih dulu. Selain itu, batik memiliki nilai filosofi dan doa. Ada makna-makna dalam motif batik. Jangan salah kostum dalam mengenakan batik.
Dalam pergelaran The 9th Surabaya Fashion Parade di Surabaya, Embran kebagian mendesain batik dari Tuban dan Mojokerto. Dalam karyanya, Embran mendesain baju laki-laki dengan berbagai mode. Salah satunya kimono tunik baju laki-laki dengan bawahan panjang. "Tantangannya adalah menaklukkan konsumen anak muda,” kata Embran. Sebab, menurut dia, selera mereka berubah setiap tiga bulan.
Selain Embran, ada enam perancang yang menampilkan karya mereka, yakni Ketique, Natalia Soetjipto, Esa Yuri, Yunita Kosasih, Interim "Ananta", dan Bramanta Wijaya. Mereka bekerja sama dengan perajin yang terkumpul dalam Asosiasi Perajin Batik Jawa Timur.
Lintu Tulistyantoro, pendiri Komunitas Batik Jawa Timur, mengatakan kebanyakan orang mengenal batik dari Jawa Tengah. Padahal batik Jawa Timur beragam dengan keunikan dan keindahannya. Beberapa batik itu di antaranya batik Mentaraman, Pesisiran, Madura, Mendalungan, Banyuwangi, dan perpaduan berbagai daerah di Jawa Timur. “Batik yang saya kenakan ini batik Tulungagung,” ucapnya seraya menunjuk sarung batik yang dikenakannya.
Soal makna filosofis dalam batik, Lintu mencontohkan Per Geper, Sabet Rante, dan Tong Centong. “Biasanya diberikan pria kepada perempuan saat melamar,” tuturnya.
NIEKE INDRIETTA
Baca juga:
Lini Hijab Uniqlo Terbaru
Quaker Oats Dituding Menipu dan Memicu Kanker
Tren Slayer AADC? 2 yang Sedang Digandrungi