TEMPO.CO, Jakarta - Bagi pasangan mana pun yang akan melangsungkan pernikahan, pembatalan pernikahan bak petir di siang bolong. Selain mengejutkan, tak sedikit orang yang menganggap hal itu memalukan.
Kondisi emosi, seperti telanjur sayang atau telanjur cinta, sering kali mengaburkan pertimbangan apakah sebaiknya tetap melanjutkan hubungan atau berpisah saja sekalian.
Beberapa hal berikut ini mungkin bisa membantu Anda membuat keputusan, mengakhiri hubungan atau mempertahankannya.
1. Keyakinan atau agama
Akhiri hubungan jika Anda dan pasangan memiliki keyakinan yang berbeda. Anggaplah kejadian penundaan sebagai isyarat tidak langsung hubungan memang harus diakhiri.
2. Kesiapan mental
Ketika pada masa penundaan muncul alasan-alasan yang menguatkan pilihan mempertahankan hubungan selain karena cinta, seperti usia yang tidak lagi muda, sudah terlalu lama pacaran, paksaan dari pihak ketiga (orang tua, nenek, atau kakek), kebutuhan materi (karena pasangan dianggap kaya atau berada), dan lain-lain, sebaiknya hubungan diakhiri.
3. Keluarga
Batalkan pernikahan pada masa penundaan jika Anda kemudian merasa keluarga salah satu pihak menjadi arogan, berkuasa, sehingga berhak memperlakukan rendah dan mengabaikan pihak keluarga lainnya.
4. Kejutan dari pasangan
Tentu “kejutan” yang dimaksud adalah kejutan yang tidak menyenangkan atau mungkin buruk mengenai pasangan, baik pribadi pasangan atau orang-orang terdekatnya.
5. Selingkuh
Ketika memasuki masa penundaan pernikahan, pasangan malah melibatkan orang ketiga. Bisa jadi dengan alasan galau setelah menunda pernikahan, kemudian sering curhat kepada orang lain, lalu menjadi semakin akrab.
Baca juga:
Ini Tanda-tanda Pria Sedang Berbohong
Sinyal Ketika Cinta Malah Membuat Luka
8 Alasan Wanita Menolak Berhubungan Seks