TEMPO.CO, CALIFORNIA - Tidak semua orang mengalami kehidupan seksual yang normal. Salah seorang prajurit perang yang terluka dalam perang Irak tahun 2012, Timothy Brown, harus terus kecewa, ketika libido datang, luka ditubuh Brown tidak mengizinkannya memiliki ritme seksual yang normal.
"Setiap keinginan itu datang, saya harus menyuntikkan sebuah zat bernama Trimix untuk memperlancar aliran darah," kata Brown seperti yang dikutip dari situs the Atlantic, Kamis 12 Mei 2016.
Sebuah ledakan bom telah merobek tubuh bagian bawah Brown hingga ke bagian organ reproduksi. Usai kejadian mengerikan itu, tim dokter hanya mampu menyelamatkan sebagian organ reproduksi Brown dengan cara merekonstruksi dengan menggunakan daging yang diambil dekat rongga mulut dan bagian tubuh sebelah kanan.
Brown tidak sendirian, ada banyak prajurit perang mengalami kisah yang lebih mengenaskan. Lalu bagaimana tindakan medis mengatasi ini? dua rumah sakit veteran VA Long Beach Healthcare di California dan Walter Redd Medical Center, Bethesda. Maryland, Amerika Serikat menyediakan program perawatan khusus bagi "luka" pada organ reproduksi prajurit perang.
Pembukaan dua rumah sakit itu berdasarkan penelitian di Journal of Sexual Medicine yang menyatakan, veteran laki-laki yang menderita gangguan stres pasca perang, empat kali lebih besar beresiko disfungsi ereksi dari mereka yang cidera dan kehilangan alat kelamin. Kehidupan seksual hampir menjadi mustahil bagi mereka yang stress pasca perang.
Berdasarkan data Departemen Pertahanan Amerika Serikat, ada sekitar 1367 prajurit perang yang bertugas di perang Irak dan Afghanistan selama tahun 2011 - 2013 yang kehilangan organ reproduksi.
Linda Mona, staf psikolog klinis di Healthcare System VA Long Beach menyatakan, sejumlah veteran perang mengalami disfungsi seksual dan bermasalah dengan keintiman. Linda mencatat, masalah yang lebih menghancurkan veteran perang dibandingkan cidera adalah efek psikologis perang yang dapat menyebabkan ketegangan dan masalah pada hubungan intim
"Memory dan perhatian adalah aphrodisiacs paling kuat," kata Linda. Mona mengatakan, tidak biasa baginya menerima pasien dengan cidera psikologis yang sangat parah. "Sebab banyak di di antara mereka (yang memiliki pasangan seorang veteran perang) mengadu pada saya, bila tiba - tiba menghentikan proses bercinta karena traumatis." kata Linda.
THE ATLANTIC | CHETA NILAWATY
Baca juga :
Tip Menemani Anak Belajar
8 Alasan Wanita Menolak Berhubungan Seks