TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian anak mengalami teror malam (night terror) ketika mereka sedang terlelap. Peristiwa teror malam berbeda dengan mimpi buruk (nightmare).
Seseorang yang mengalami teror malam sebenarnya orang itu masih tertidur, meski matanya terbuka atau tubuhnya bergerak. Adapun seseorang yang mengalami mimpi buruk biasanya masih ingat dan dapat menceritakan isi mimpinya kepada orang lain.
Mereka yang mengalami teror malam tak ingat apa yang terjadi pada dirinya. Bahkan mereka tidak tahu di mana orang tua atau siapa orang-orang di sekitarnya. Teror malam biasanya terjadi pada anak berumur 12 sampai 13 tahun. Namun pengalaman ini juga bisa saja terjadi sejak anak berusia 3 tahun.
Umumnya teror malam terjadi selama tidur gelombang lambat atau pada awal dalam siklus tidur, dan berlangsung selama 1-2 menit atau sampai 30 menit. Tubuh anak yang mengalami teror malam akan berkeringat, tangannya menggapai-gapai, dan berteriak dalam tidur.
Teror malam tidak dapat diobati sepenuhnya dengan teknik, seperti obat-obatan dan terapi. Namun dapat dikurangi intensitasnya dengan mengubah beberapa kebiasaan anak. Cara efektif mengurangi teror malam diantaranya mengurangi stres, tidur siang, sampai memperbaiki kualitas dan kuantitas tidur. Kurang tidur dapat meningkatkan intensitas teror malam.
Berikut tanda-tanda anak yang mengalami teror malam:
- Tampak takut dan panik, atau bingung
- Menjerit atau berteriak
- Berceloteh atau bicara tak karuan
- Memukul atau melempar sesuatu
- Mengompol
- Bangun dan bergerak atau berjalan
- Tidak mengenali sekelilingnya
- Tidak dapat mengingat apa yang terjadi saat teror malam
Jika anak mengalami teror malam lebih dari sekali atau hampir setiap malam sebaiknya konsultasi dengan dokter.
BABYCENTER| |SHE KNOWS | DINA ANDRIANI
Baca juga:
Idealnya, Berapa Kali Bayi Mandi
Anak Pintar Saja Tak Cukup, Apalagi?
Tip Supaya Anak Berhenti Ngompol