TEMPO.CO, Jakarta - Ada banyak jenis minuman beralkohol yang beredar di masyarakat. Rata-rata minuman beralkohol memiliki kadar alkohol yang dapat ditakar atau tercantum dalam kemasannya.Seperti misalnya umumnya mengandung alkohol 3,5% sampai 5 %, wine mengandung alkohol 10%-14%,fortified wine mengandung alkohol 14-20 % sedang whisky, vodka mengandung 40 % alkohol
Namun ada jenis minuman yang tidak diketahui berapa jumlah kandungan alkohol, terutama minuman beralkohol tradisional seperti tuak atau arak, sehingga dampaknya bagi organ tubuh kurang bisa diantisipasi. Dokter Spesialis Gastroenterologi, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Ari Fahrial Syam menyebutkan, dampak buruk alkohol dapat mengenai beberapa organ sekaligus.
"Mulai dari otak, saluran pencernaan mulai dari mulut sampai ke usus besar, organ-organ dalam tubuh khususnya liver, pancreas, otot, tulang dan sistim genetalia baik laki-laki maupun perempuan," kata Ari, dalam surat elektronik yang dikirimkan pada Jumat, 6 Mei 2016. Ari menegaskan, alkohol yang digunakan melebihi batas ambang akan menyebabkan intoksikasi atau keracunan. Akibatnya seseorang akan mabuk.
Alkohol tetap menyebabkan adiksi atau ketagihan, dan memiliki efek samping yang kronis, meskipun seseorang sudah sering minum dan memiliki ketahanan atau toleransi terhadap kadar alkohol. Menurut Ari, seseorang yang memiliki ketergantungan alkohol dalam jangka panjang akan mengalami peradangan kronis pada saluran pencernaan khususnya kerongkongan dan lambung.
" Lambungnya akan mengalami luka dan bisa terjadi perdarahan lambung," kata Ari. Selain itu, liver juga akan terganggu. Penggunaan alkohol dalam jangka panjang juga dapat membuat penciutan hati atau sirosis hati.
Alkohol juga dihubungkan dengan dengan berbagai kanker antara lain kanker usus besar. Pasien peminum alkohol kronis akan mengalami tulang kropos (osteoporosis), mengalami impotensi dan infertilitas."Pada wanita alkohol juga menjadi faktor risiko terjadi kanker payudara," tegasnya.
CHETA NILAWATY