"

Bila Di-bully di Kantor, Harus Bagaimana?

Ilustrasi bullying/risak di tempat kerja. Shutterstock.com
Ilustrasi bullying/risak di tempat kerja. Shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Bullying atau mengolok-olok orang lain tak hanya dialami anak-anak di lingkungan rumah atau sekolah. Orang dewasa juga terkadang mengalaminya, meski mungkin intensitas dan pengaruhnya tidak separah jika terjadi kepada anak-anak.

Pada orang dewasa, biasanya bullying terjadi di tempat kerja atau kampung. Jika perisakan itu terjadi di tempat kerja, aktivis anti-bullying, Aprishi Alita menyarankan korban bullying sebaiknya tidak diam saja jika mendapat perlakuan tak menyenangkan. “Korban cenderung diam dan merasa pantas di-bully. Korban juga sering merasa tidak bisa berbuat apa-apa,” ujarnya.

Langkah pertama menanganinya, menurut Aprishi adalah, bicara baik-baik dengan perisak. Bila tidak memungkinkan untuk diselesaikan berdua, mintalah bantuan orang lain yang bersikap netral.

Kalau di tempat kerja, bagian personalia atau atasan yang punya otoritas lebih tinggi dapat dimintai bantuan. "Jika tidak bisa diselesaikan juga, maka dalam situasi tertentu yang harus dilakukan adalah korban meminta dipindahkan ke bagian lain," tambah Aprishi. 

TABLOIDBINTANG

Baca juga:
Ingin Mulai Usaha Sendiri? Pertimbangkan 6 Hal Ini
Ubah 'I Hate Monday' Jadi 'I Love Monday', Begini Caranya
Tebarlah Tawa Saat Bekerja, Nikmati 5 Manfaat Ini








Argentina Penjarakan Dua Pembunuh Lucia Perez, Simbol Gerakan Ni Una Menos

5 jam lalu

Seorang demonstran yang mengenakan masker oranye, melambangkan pemisahan gereja dan negara saat aksi protes menentang kekerasan terhadap perempuan di peringatan 5 tahun gerakan
Argentina Penjarakan Dua Pembunuh Lucia Perez, Simbol Gerakan Ni Una Menos

Peradilan Argentina pernah bebaskan kedua pelaku dari tuduhan pemerkosaan Lopez dengan alasan tidak dapat dipastikan adanya persetujuan atau tidak.


Komnas Perempuan Ungkap Kekerasan oleh Mantan Pacar Jadi Kasus Tertinggi Pada 2022

16 hari lalu

Pramugari Kereta Api Indonesia membawa poster saat melakukan kampanye pencegahan dan pelaporan tindakan pelecehan seksual di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Rabu, 29 Juni 2022. PT KAI wilayah Daop 1 bersama dengan Komnas Perempuan mengkampanyekan antisipasi pelecehan seksual guna mengajak masyarakat untuk berani mencegah jika melihat tindakan pelecehan seksual serta berani melaporkan ketika mengalami hal tersebut di transportasi umum, khususnya di kereta api. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Komnas Perempuan Ungkap Kekerasan oleh Mantan Pacar Jadi Kasus Tertinggi Pada 2022

Komnas Perempuan menyatakan bahwa mantan pacar merupakan pelaku kekerasan terhadap perempuan paling tinggi pada 2022.


Sambut Hari Perempuan Internasional 2023, Komnas Perempuan Sebut Aduan Kasus Kekerasan Naik

17 hari lalu

Petugas KAI Commuter memperlihatkan poster sosialisasi anti pelecehan seksual kepada penumpang di Stasiun BNI City, Jakarta, Kamis, 22 Februari 2022. Commuter bersama Komnas Perempuan, Asosiasi LBH Apik dan Komunitas Pelestari Budaya Indonesia melakukan pembagian bunga mawar serta sembari memberikan sosialisasi anti pelecehan seksual dalam rangka memperingati Hari Ibu. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Sambut Hari Perempuan Internasional 2023, Komnas Perempuan Sebut Aduan Kasus Kekerasan Naik

Komnas Perempuan menyambut Hari Perempuan Internasional dengan merilis catatan tahunan.


Komnas Perempuan Sebut Mahasiswi UPH Sempat Cabut Laporan Penganiayaan, Diduga Ada Korban Lain

32 hari lalu

Ilustrasi kekerasan terhadap wanita. Shutterstock
Komnas Perempuan Sebut Mahasiswi UPH Sempat Cabut Laporan Penganiayaan, Diduga Ada Korban Lain

Komnas Perempuan minta polisi usut kasus ini karena gradasinya tidak hanya penganiayaan fisik, tapi bisa juga ada kekerasan seksual.


Kontroversi Lupercalia, Festival Pagan Romawi Kuno Cikal Bakal Hari Valentine

42 hari lalu

Hans Schwabl, mengecat topeng kayu Perchten atau Krampus hasil buatannya di Inzell, Jerman, 27 November 2014. Perchten berarti sosok dewi dalam kepercayaan paganisme di masyarakat wilayah pegunungan Alpen. (AP Photo)
Kontroversi Lupercalia, Festival Pagan Romawi Kuno Cikal Bakal Hari Valentine

Festival Pagan Lupercalia adalah salah satu festival paganisme di Eropa. Festival itu dipercaya sebagai cikal bakal hari Valentine


Tidak Melulu Kekerasan Fisik, Ini 4 Jenis KDRT Menurut Komnas Perempuan

12 Januari 2023

Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Tidak Melulu Kekerasan Fisik, Ini 4 Jenis KDRT Menurut Komnas Perempuan

Tak hanya kekerasan fisik, KDRT juga dapat menyerang psikis hingga ketergantungan korban terhadap pelaku.


Komnas Perempuan Sebut Kasus Kekerasan terhadap Perempuan Pembela HAM Naik

29 November 2022

Ilustrasi tindak kekerasan. 123rf.com
Komnas Perempuan Sebut Kasus Kekerasan terhadap Perempuan Pembela HAM Naik

Komnas Perempuan mengungkapkan kasus kekerasan terhadap perempuan pembela HAM mengalami kenaikan angka secara signifikan sejak 2019.


16 Hari Antikekerasan terhadap Perempuan, Aksi Nasional Digelar di 4 Kota Indonesia

27 November 2022

Sejumlah pekerja melakukan pelipatan bahan untuk pakian di salah satu pabrik garmen di Kawasan Berikat Nusantara, Cilincing, Jakarta, Selasa, (10/01). TEMPO/Dasril Roszandi
16 Hari Antikekerasan terhadap Perempuan, Aksi Nasional Digelar di 4 Kota Indonesia

Dalam peringatan 16 Hari Antikekerasan terhadap Perempuan, organisasi Perempuan Mahardhika angkat isu kekerasan terhadap pekerja perempuan.


Selama Hampir 1 Dekade, Komnas Perempuan Himpun 2,2 Juta Laporan Kekerasan terhadap Perempuan

2 November 2022

Ilustrasi kekerasan seksual. Freepik.com
Selama Hampir 1 Dekade, Komnas Perempuan Himpun 2,2 Juta Laporan Kekerasan terhadap Perempuan

Komnas Perempuan mengatakan data kekerasan itu berasal dari pengaduan yang langsung ke komisinya, juga data layanan dari lembaga lain.


Begini Kata Akademisi soal Konten Prank KDRT Baim Paula

5 Oktober 2022

Baim Wong dan Paula Verhoeven meminta maaf atas konten prank KDRT ke polisi, Senin, 3 Oktober 2022. Foto: Instagram Baim Wong.
Begini Kata Akademisi soal Konten Prank KDRT Baim Paula

Menjadikan pelaporan kasus KDRT sebagai konten prank, selain tidak berempati dan menghargai korban, juga berpotensi membuat menyalahkan korban .