TEMPO.CO, Jakarta - Perceraian tidak hanya berdampak pada pasangan suami istri saja. Anak bakal jauh merasakan dampaknya. Hal ini akan membuat stres, sedih, dan bingung.
Menurut Phil McGraw, psikolog dan penulis buku Family First: Your Step-by-Step Plan for Creating a Phenomenal Family, berapa pun usia mereka, emosi anak dipastikan terguncang ketika mengetahui orang tua berpisah.
Orang tua harus sadar terhadap empat kebutuhan psikologis anak dalam menghadapi perceraian. Kebutuhan psikologis anak tersebut yaitu:
1. Penerimaan
Emosi menghadapi perceraian terkadang membuat orang tua melupakan kebutuhan dasar ini. Mereka terlalu sibuk dengan perasaan mereka—termasuk urusan administrasi perceraian.
Phil mengatakan, penerimaan kebutuhan terbesar bagi anak, karena konsep penerimaan diri anak sangat rapuh, terutama jika usia mereka sangat muda. Anak harus merasa kehadiran mereka sangat penting, mereka adalah prioritas, dan tidak satu pun yang menggantikan mereka di hati orang tua, bahkan perceraian.
Jadi, jangan pernah menunjukkan emosi di depan anak. Jangan bertengkar atau menangis di depan anak. Tunjukkan Anda tetap melakukan rutinitas seperti biasa, termasuk dalam mengurus kebutuhan anak.
2. Kebebasan dari rasa bersalah dan menyalahkan diri
Melihat orang tua bertengkar, pikiran polos anak akan mengaitkannya dengan perbuatan mereka. “Jika aku tidak menangis… jika aku tidak minta mainan itu…,” pikir anak.
Ketika orang tua bercerai, anak mengira perceraian merupakan hukuman atas perbuatan buruk mereka. Phil menyarankan agar orang tua menyadarinya dan memastikan kepada anak-anak, perceraian tidak ada kaitannya dengan perilaku mereka.
3. Kebutuhan struktur keluarga
Perceraian merusak struktur keluarga di mata anak. Mengapa ayah/ibu tidak tinggal di rumah lagi? Lalu siapa yang menggantikan mereka? Struktur keluarga sangat penting bagi anak untuk memahami peran individu dalam kelompok.
Meski bercerai, orang tua tidak boleh menghapus peran mereka di mata anak. Upayakan agar anak tetap merasakan peran ayah dan ibu dalam hidup mereka. Mengasuh anak secara bergantian salah satu solusi yang bisa diterapkan.
4. Biarkan mereka menjadi anak-anak
Tidak seharusnya anak diberi tugas untuk menyembuhkan luka orang tua mereka. “Dalam banyak kasus perceraian, anak-anak dijadikan senjata pelindung, teman curhat, dan dipaksa ikut menghadapi krisis kehidupan orang dewasa,” kata Phil.
Biarlah mereka tetap menjadi anak-anak, yang tidak seharusnya tahu banyak apa yang terjadi di antara orang tua.
TABLOIDBINTANG
Berita lainnya:
Yang Hilang karena Tak Menyusui
Alasan Anak Perlu Istirahat Saat Belajar
Kenapa Anak Harus Terkena Sinar Matahari