TEMPO.CO, Jakarta - Terdapat banyak kesalahan persepsi masyarakat Indonesia mengenai pemakaian popok sekali pakai (diapers) bayi. Berdasarkan riset yang dilakukan Merries--merek popok asal Jepang--dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, beberapa bulan lalu, rata-rata orang Indonesia mengganti popok bayinya tiga sampai enam kali sehari.
Frekuensi penggantian popok tersebut dirasa terlampau jarang. Bandingkan, misalnya, dengan Jepang yang sampai delapan kali sehari. Belum lagi, masa pemakaian popok yang mencapai 21 jam, tanpa memberi kesempatan kulit untuk bernafas. Akibatnya, kotoran menumpuk di sekitar kemaluan bayi dan riskan bagi kesehatan kulit mereka.
"Sehingga paling sering ditemui masalah iritasi," ujar Maria Rosita Leonardi, associate senior manager baby diapers PT Kao Indonesia, produsen Merries, di diskusi tumbuh kembang anak di Rumah Sakit Bunda, Jakarta Pusat, Kamis, 28 April 2016. Contoh yang sering terjadi adalah dematitis diaper. Gangguan kulit yang biasa menyerang bayi 6 sampai 12 bulan ini muncul akibat gesekan antara kulit dan popok, serta kulit yang menjadi lembab akibat tertutup diaper dalam waktu lama. Frekuensi kemunculannya melebihi dermatitis atopik, yaitu ruam yang kerap muncul di lipatan kulit seperti selangkangan dan paha.
Menurut dia, para orang tua Indonesia masih menganggap popok yang bagus adalah yang bisa bertahan lama. "Sehingga mencari popok yang diklaim bisa digunakan sepanjang malam," kata Rosita.
"Seharusnya, ganti popok setiap kali terisi," kata I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, dokter spesialis anak. Dokter Tiwi, panggilannya, mengatakan struktur kulit bayi 0 sampai 2 tahun sangat tipis karena ikatan antar sel yang masih lemah dan halus. Membiarkan popok semalaman juga berpotensi mengganggu tidur bayi, karena kotoran membuatnya tidak nyaman.
Tiwi mengatakan orang Indonesia kerap menyepelekan waktu penggantian popok, terlebih saat jalan-jalan. "Biasanya baru akan ganti saat sudah sampai tujuan," katanya. "Harusnya diingat, bahwa diapers itu bersih di luar tapi kotor di dalam."
REZA MAULANA