TEMPO.CO, Jakarta - Rail Clinic, kereta kesehatan pertama di Indonesia milik PT Kereta Api Indonesia, meluncur akhir Desember 2015. Terobosan PT KAI membuat layanan kesehatan di kereta, terutama untuk daerah yang sulit dijangkau, ini diganjar rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI).
Astrid Anindita menjadi figur penting di balik Rail Clinic. “Saya diberi tantangan untuk membuat Rail Clinic hanya dalam waktu dua bulan. Pada umumnya, satu gerbong kereta wisata dibuat dalam waktu dua bulan. Adapun yang saya buat adalah dua gerbong kereta kesehatan dengan peralatan medis di dalamnya,” katanya.
Baca Juga:
Dokter cantik lulusan Universitas Gadjah Mada ini diberi kebebasan merancang desain interior gerbong kereta kesehatan berikut anggarannya. Ia harus bekerja sama dengan Balai Yasa, Direktorat Sarana Perkeretaapian, yang berisikan orang-orang teknis.
Ia harus komunikatif dan kooperatif menyampaikan keinginannya. Wanita tangguh yang bergabung dengan PT KAI pada 2012 ini akhirnya mampu menunaikan tugas berat itu. Keberhasilannya kian lengkap dengan rekor dari MURI.
Jutaan warga Indonesia yang tinggal di daerah terpencil sangat merindukan kedatangan Rail Clinic. Ini adalah komitmen PT KAI membantu masyarakat di wilayah yang dilalui jalur kereta tapi belum memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, terutama yang tinggal di perdesaan.
Semangat Astrid terus menyala untuk membantu sesama, tak hanya di dunia medis. Ia mengaku kagum dengan sosok dokter seperti Chairul Tanjung “Si Anak Singkong”, yang mampu menjelma menjadi salah satu pengusaha ternama di Indonesia. Tak terhitung berapa banyak lapangan pekerjaan yang tercipta dari tangan dinginnya.
Ia ingin juga menjadi seseorang yang punya pemikiran luas, visioner, dan bisa membuat perubahan besar di dunia ini, terutama untuk bangsa dan negara seperti yang dilakukan dokter Soetomo. Lalu, tidak sayang stetoskopnya dilepas?
“Dokter adalah jalan saya untuk masuk kereta api. Tidak ada salahnya seorang dokter memiliki kemampuan untuk mengembangkan perusahaan. Saya seorang fast learner dan tidak menutupi diri (berkarier) di bidang kedokteran semata,” ujarnya.
SWA