Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dampak Negatif Memaksakan Punya 'Anak Super'  

image-gnews
Ilustrasi. njfamily.com
Ilustrasi. njfamily.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kini,  semakin banyak orang tua yang menginginkan perkembangan yang serba instan pada anaknya.

Keinginan untuk mencetak anak-anak super tersebut membuat orang tua lupa bahwa setiap anak sebaiknya menerima asupan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan usianya serta kemampuan fisiknya.

Akibatnya, jika orang tua tersebut menilai buah hatinya tidak sesuai ekspektasi, mereka akan langsung memeriksakannya ke dokter spesialis anak untuk dicek apakah anak tersebut mengalami keterbelakangan perkembangan atau tidak.

Nah, jika hal tersebut juga terjadi pada Anda, berhati-hatilah. Sebab, kesalahan penilaian terhadap proses tumbuh kembang anak akan berakibat sangat fatal bagi masa depannya. Anak yang seharusnya normal bisa jadi malfungsi akibat kesalahan diagnosis tersebut.

Canadian Task Force on Preventive Health Care menyoroti fenomena yang terjadi di Amerika Utara, di mana banyak orang tua yang mengajukan screening keterlambatan verbal dan lingual serta screening gangguan spektrum autisme pada anak-anak mereka.

Screening atau pengecekan tersebut banyak dilakukan terhadap anak berusia satu hingga empat tahun, yang sebenarnya justru tidak menunjukkan gejala-gejala keterlambatan tumbuh kembang.

Anggota Task Force tersebut, Dr. Brett Thombs, mengungkapkan banyak orang tua yang meminta anaknya dicek hanya karena perkembangannya tidak memenuhi ekspektasi mereka. Mereka pun langsung menganggap anaknya mengalami keterbelakangan.

"Padahal keterlambatan tumbuh kembang itu seharusya mencakup hal-hal seperti masalah kemampuan motorik, bicara, bahasa, berpikir, bersosialisasi, serta aktivitas lainnya dalam kehidupan sehari-hari," jelasnya, dikutip dari Reuters,Sabtu, 16 April 2016.

Anak yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang berisiko mengalami kesulitan dan masalah perilaku sertai fungsi tubuh saat mereka beranjak besar. Untuk melakukan screening keterlambatan tumbuh kembang, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan.

Peralatan screening biasanya berupa kuesioner yang mengarah pada beberapa poin.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Poin-poin tersebut akan menentukan apakah para ahli medis harus melakukan tindakan lebih lanjut terhadap anak yang diperiksa atau tidak," kata Thombs.

Bagaimanapun, dia mendapati fakta bahwa screening tersebut sebenarnya tidak berdampak signifikan terhadap tumbuh kembang anak. Justru, pengecekan tersebut berpotensi mengakibatkan salah diagnosis.

Kesalahan diagnosis tersebut membuat anak yang sebenarnya normal justru dirujuk untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Tindakan tersebut berisiko membuat anak yang seharusnya baik-baik saja menjadi pesakitan.

"Itulah sebabnya kami tidak menyarankan orang tua terlalu cepat mengambil keputusan dan memeriksakan anaknya untuk masalah keterlambatan perkembangan, kecuali jika memang anak tersebut menunjukkan gejala-gejala yang mengkhawatirkan," tegasnya.

Sementara itu, psikolog anak dan keluarga dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPT UI) Mira D. Amir menjelaskan orangtua seharusnya membuat skala prioritas mengenai pendidikan mana yang memang dibutuhkan anaknya dan mana yang tidak.

"Jangan sampai hanya karena menginginkan anak yang cerdas di atas rata-rata usianya, para orang tua justru menjejali anak dengan pendidikan yang tidak sesuai dengan kemampuan buah hatinya dalam periode tumbuh kembang," katanya.

Menurut Mira, orang tua seharusnya lebih peka dengan periode emas proses perkembangan anaknya. Apabila anaknya tidak menunjukkan perkembangan dalam proses belajarnya, bisa jadi dia memang belum siap dengan apa yang diajarkan.

"Seorang anak biasanya akan antusias dengan sendirinya apabila dia merasa siap untuk mempelajari hal baru. Sebaliknya, orang tua pun harus tetap memperhatikan kapasitas dan energi yang dimiliki oleh anaknya. Jangan terlalu memaksakan," ujar Mira.

BISNIS.COM

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pola Asuh Anak yang Diterapkan Nikita Willy di Tengah Kesibukan

50 hari lalu

Nikita Willy bersama anak pertamanya, Issa Xander Djokosoetono. Foto: Instagram/@nikitawillyofficial94
Pola Asuh Anak yang Diterapkan Nikita Willy di Tengah Kesibukan

Nikita Willy memahami kunci pola asuh yang baik adalah dengan menerapkan rutinitas sehari-hari yang konsisten meskipun sebagai ibu yang juga bekerja.


Pola Asuh Pintar dan Manfaatnya pada Perkembangan Anak

50 hari lalu

Ilustrasi ibu bahagia saat mencium anaknya. Foto: Unsplash/Humberto Chavez
Pola Asuh Pintar dan Manfaatnya pada Perkembangan Anak

Ibu perlu menerapkan pola asuh yang fokus pada aspek perkembangan anak sesuai usianya yang disebut smart parenting. Cek manfaatnya.


Mengenal Helicopter Parenting, Dampak, dan Antisipasinya

23 Januari 2024

Helicopter parenting adalah pola asuh ketat orang tua terhadap seorang anak. Kenali ciri, dampak, dan antisipasinya berikut ini. Foto: Canva
Mengenal Helicopter Parenting, Dampak, dan Antisipasinya

Helicopter parenting adalah pola asuh ketat orang tua terhadap seorang anak. Kenali ciri, dampak, dan antisipasinya berikut ini.


Mengenal Pola Asuh Strawberry Parent dan Ciri-cirinya

9 Januari 2024

Strawberry parent adalah model pola asuh di mana orangtua terlalu banyak membantu atau memanjakan anak. Ini penjelasan dan karakter gaya didiknya. Foto: Canva
Mengenal Pola Asuh Strawberry Parent dan Ciri-cirinya

Strawberry parent adalah model pola asuh di mana orangtua terlalu banyak membantu atau memanjakan anak. Ini penjelasan dan karakter gaya didiknya.


Kesalahan yang Biasa Dilakukan Orang Tua pada Anak di Hari Natal

10 Desember 2023

Ilustrasi anak memandang pohon Natal. Unsplash.com/Greg Rosenke
Kesalahan yang Biasa Dilakukan Orang Tua pada Anak di Hari Natal

Pakar parenting menyebut ada beberapa kesalahan yang biasa dilakukan orang tua terhadap anak-anak mereka di momen Hari Natal. Apa saja?


Menjadikan Anak seperti Raja, Efeknya Justru Merusak

28 November 2023

Ilustrasi anak marah-marah. Shutterstock.com
Menjadikan Anak seperti Raja, Efeknya Justru Merusak

Ada anak yang merasa bisa berpikir dan berlaku sesukanya, bisa juga mengacu pada anak manja. Penyebabnya mereka selalu mendapatkan segala keinginan.


4 Reality Show Parenting dari Korea, Ada yang Membuat Orang Tua Menangis

23 November 2023

www.graphics.iparenting.com
4 Reality Show Parenting dari Korea, Ada yang Membuat Orang Tua Menangis

Reality show parenting dari Korea yang sedang trending saat ini


Psikolog Sarankan Authoritative Parenting untuk Anak Remaja, Ini Alasannya

20 November 2023

Sulitnya Melakukan Komunikasi dengan Anak Praremaja (Depositphotos)/Tabloid Bintang
Psikolog Sarankan Authoritative Parenting untuk Anak Remaja, Ini Alasannya

Pola asuh authoritative parenting bisa memberikan pemahaman kepada anak, terutama remaja, mengenai konsekuensi tindakan yang mereka ambil.


5 Bukti Seseorang Jadi Orang Tua yang Baik

27 September 2023

Ilustrasi anak dan orang tua melakukan kegiatan seru. Freepik.com/Jcomp
5 Bukti Seseorang Jadi Orang Tua yang Baik

Peran orang tua sangat penting bagi tumbuh kembang anak, terutama untuk mendidik dan menjadi teladan yang baik.


Mengenal Pola Parenting Asah Asih Asuh pada Anak dan Manfaatnya

30 Agustus 2023

Ilustrasi keluarga. (Pexels/William Fortunato)
Mengenal Pola Parenting Asah Asih Asuh pada Anak dan Manfaatnya

Kenali pola parenting asah, asih, asuh yang wajib dipenuhi orang tua pada anak dan manfaatnya kini dan kelak.