TEMPO.CO, Jakarta - Tas keranjang Ratu Thailand Suthida Bajrasudhabimalalakshana menjadi hit di kalangan fashionista setelah tampil di penobatan Raja Charles III dan Ratu Camilla di Westminster Abbey, London, pada 6 Mei 2023. Ratu Suthida terlihat dengan tas anyaman tangan yang terbuat dari tanaman merambat, juga dikenal sebagai dompet Yan Lipao, yang menuai pujian di media sosial.
“Dompet itu luar biasa. Ada yang tahu siapa yang membuatnya?” tulis seorang netizen di Twitter.
Tas tangan Ratu Suthida melengkapi pakaian pilihannya, baik tradisional maupun kontemporer Thailand, yang dibuat dari tenunan sutra Thailand.
Lipao adalah tanaman dalam keluarga pakis memanjat yang biasa ditemukan di hutan hujan dan berasal dari Thailand Selatan dan banyak ditemukan di Nakhon Si Thammarat, Satun, Songkhla, Yala, Pattani, dan Narathiwat. Bahan ini cocok untuk ditenun sebagai tas karena seratnya yang kokoh dan kuat.
Keranjang Yan Lipao semakin populer di bagian lain dunia karena Ratu Suthida sering mempromosikannya untuk meningkatkan pendapatan bagi orang-orang di Thailand Selatan.
Tas hasil kerajinan tangan Yan Lipao tersebut dibuat atas dukungan dari Support Foundation of Her Majesty Queen Sirikit, Ibu Suri.
Tiga tas tangan Lipao, masing-masing serasi dengan pakaiannya, membuat Ratu Thailand terlihat elegan dan halus. Bentuknya kecil dan dalam berbagai model. Orang asing yang tidak terbiasa dengan kerajinan Thailand tak tahu tas ini, tetapi sebagian besar orang Thailand tahu betul bahwa kerajinan tangan semacam itu adalah buah dari upaya berkelanjutan dari Support Foundation of Her Majesty Queen Sirikit, Ibu Suri yang juga pelindung kerajinan Thailand. Yayasan tersebut sekarang berganti nama menjadi SUPPORT Arts and Crafts International Centre of Thailand Public Organization atau SACICT.
Kerajinan unik Yan Lipao dari Selatan telah diwariskan dari generasi ke generasi selama ratusan tahun. Telah lama diasumsikan bahwa itu berasal dari kebijaksanaan rakyat periode Ayutthaya pada masa Chao Phraya Nakhon Si Thammarat. Keranjang itu disebutkan pada masa pemerintahan Raja Rama II dalam catatan sejarah, yang mencatat bahwa itu dibawa dari Nakhon Si Thammarat sebagai hadiah untuk Raja. Tas Yan Lipao mulai dikenal luas pada masa pemerintahan Raja Rama V, saat dibawa oleh para elit, terutama para dayang istana.
Benang paduan perak, emas, dan tembaga ditambahkan ke dalam pola anyaman yang rumit. Teknik menenun, yang diwariskan dari generasi ke generasi, memungkinkan tanaman biasa diubah menjadi karya seni yang sangat indah.
Karena waktu dan keterampilan yang dibutuhkan untuk membuat setiap keranjang, tas ini cenderung dijual dengan harga yang relatif tinggi. Proses produksi yang meliputi penyiapan sulur, penenunan pola, dan pernis serta dekorasi, sangat memakan waktu. Hanya 1 atau 2 tas yang dapat diproduksi setiap bulan.
Perhatian yang diterima oleh tas Yan Lipao selama akhir pekan penobatan Raja Charles III membantu untuk lebih menumbuhkan apresiasi terhadap kerajinan negara tersebut.
THE STAR | THAI PBS WORLD
Pilihan Editor: Makna di balik 7 Busana Kate Middleton saat Penobatan Raja Charles III
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.