TEMPO.CO, Jakarta - Pengasuhan orang tua zaman sekarang cenderung membiarkan putri mereka menjadi apa pun yang mereka inginkan. Apakah hal yang sama berlaku untuk anak laki-laki?
Banyak juga orang tua memiliki kesadaran untuk membesarkan anak laki-laki feminis. Sonoro Jha menulis tentang seorang anak laki-laki feminis dalam bukunya How to Raise a Feminist Son: Motherhood, Masculinity, and the Making of My Family sebagai seorang anak laki-laki yang percaya pada kemanusiaan penuh perempuan dan anak perempuan di sekitarnya, yang tahu caranya mempercayai ibunya, kemarahannya, cintanya, dan kemudian menyampaikan itu ke wanita lain di masyarakat atau wanita lain di sekitarnya."
Berikut adalah beberapa kebiasaan pengasuhan yang sehat untuk membesarkan anak laki-laki yang bahagia, cerdas, dan logis.
1. Biarkan dia menangis dan menerima emosinya
Anak laki-laki dan perempuan menangis dengan frekuensi yang sama ketika mereka masih bayi dan balita, menurut penelitian. Saat mereka mulai tumbuh, anak laki-laki sering menahan tangis. Mereka boleh marah, tapi tidak menangis. Penindasan emosi pada usia dini ini dapat membatasi mereka untuk menerima emosinya, atau menghormati emosi orang lain.
Baca juga:
2. Jangan pernah menggunakan kata "cewek" sebagai hinaan
Jangan pernah membiarkan kata-kata "jadi cewek" atau melakukan sesuatu seperti seorang gadis sebagai inferior. Salah satu stereotip yang umum adalah olahraga. Pastikan ketika anak laki-laki tumbuh besar, mereka diizinkan memainkan semua jenis permainan, apakah secara stereotip kekanak-kanakan atau feminin. Emily Kane, seorang sosiolog di Bates College, menunjukkan dalam penelitiannya bahwa orang tua memperkuat peran gender tradisional untuk anak laki-laki terutama karena mereka takut anak laki-laki tersebut akan dihina.
3. Berbagi pekerjaan sebagai orang tua
Tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata. Jika orang tua mematahkan stereotip gender dalam rumah tangga, kemungkinan besar anak-anak akan mengikuti. Stereotip dasarnya adalah laki-laki melakukan pekerjaan rumah tangga dan perempuan pergi bekerja. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki dari ibu yang bekerja untuk waktu berapa pun sebelum anak laki-laki mereka berusia 14 tahun, menghabiskan lebih banyak waktu untuk pekerjaan rumah dan mengasuh anak ketika mereka tumbuh dewasa.
4. Ajari dia untuk menjaga orang lain
Ajari putra untuk tidak hanya merawat barang-barangnya sendiri tetapi juga orang lain, seperti hewan peliharaan atau adik. Anak laki-laki harus sama-sama bertanggung jawab untuk merawat anak mereka ketika mereka besar nanti, serta untuk orang tua mereka ketika mereka sudah tua.
5. Hormati persetujuannya
Belajar menghargai persetujuan berperan besar dalam pengasuhan anak laki-laki feminis. Ini tidak hanya mengajari anak secara verbal, tetapi juga mempraktikkan hal yang sama dengan mereka. Jadi, jika saat anak laki-laki yang masih balita mengatakan "tidak" saat menggelitik atau memperlihatkan gambarnya, hentikan dan hormati pilihannya.
TIMES OF INDIA
Pilihan editor: Orang Tua yang Sering Lakukan 5 Kesalahan Ini Bikin Anak Jadi Egois
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.