TEMPO.CO, Jakarta - Tahun-tahun awal kehidupan seseorang sangat penting dalam membentuk perilaku, sikap, dan pendekatan terhadap kehidupan. Bullying atau perundungan di usia ini dapat berdampak negatif pada harga diri anak, bahkan banyak kasus menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Anak-anak yang jadi korban bullying mungkin ragu-ragu berbicara dengan orang lain, punya masalah akademis, dan mungkin mengembangkan perasaan tidak berharga.
Sebagian menganggap perundungan atau intimidasi sebagai bagian normal dari tumbuh dewasa. Banyak orang tua berpikir anak akan belajar menghadapinya pada waktunya, tapi penting bagi orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya untuk menanggapi perundungan dengan serius dan mengatasinya ketika itu terjadi.
Mimansa Singh Tanwar, psikolog klinis di India, mengatakan bahwa interaksi sosial awal anak sangat penting dalam membentuk cara berpikir, kepercayaan, dan memandang diri kita sendiri. Penindasan oleh teman dan teman sebaya dapat membahayakan seorang anak secara psikologis," kata dia, dikutip dari Hindustan Times, Jumat, 20 Januari 2023.
Menurut WHO, bullying adalah salah satu faktor risiko umum yang menyebabkan kondisi kesehatan mental pada anak-anak. Dampak bullying terhadap anak sangat besar, antara lain membuat mereka memiliki kesan seumur hidup tentang diri yang tidak kompeten dan tidak menyenangkan, yang mereka bawa hingga dewasa, membuat mereka lebih rentan untuk mengalami penyakit kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, atau PTSD.
Tanwar mengatakan, ada beberapa tanda yang bisa dikenali orang tua ketika anak mengalami perundungan. "Seorang anak bukan dirinya yang biasa, lebih pendiam, mudah marah, mudah menangis, mudah meledak karena pemicu kecil, atau seorang remaja dengan suasana hati yang rendah, menyendiri, menarik diri dari lingkaran sosial, atau menghindari sekolah, adalah beberapa tanda bahaya, orang tua harus bertanya kepada mereka apakah mereka mengalami episode intimidasi," kata dia.
Tanwar juga membagikan tips bagi orang tua untuk membantu anak mereka menghadapi perundungan.
1. Terlibat dengan kehidupan sosial anak
Terlibat dalam kehidupan sosial anak melalui interaksi sehari-hari tentang hubungan mereka dan konflik umum dengan teman sebayanya.
2. Tetap tenang
Jika mengetahui bahwa anak diintimidasi, tetaplah tenang saat mereka membuka diri. Wajar jika orang tua juga merasakan emosi kemarahan, ketidakberdayaan, dan kekhawatiran. Namun, jangan mengungkapkannya sebagai reaksi awal. Beri mereka ruang untuk berbagi, berikan kenyamanan, dan yakinkan mereka akan dukungan orang tua.
3. Jangan memperburuk keadaan
Tahan keinginan untuk menghubungi orang tua lain atau menyuruh anak untuk melawan secara fisik karena dapat memperburuk keadaan.
4. Ajarkan ketegasan
Berdayakan anak dengan keterampilan ketegasan yang mereka perlukan untuk menangani episode-episode tersebut. Ajari mereka skrip di mana mereka dapat menanggapi perundung dan berlatih melalui permainan peran. Ajari mereka bagaimana dapat menggunakan humor untuk mengatasi situasi dan mempertahankan bahasa tubuh yang positif saat menghadapi pelaku intimidasi.
5. Selalu berkomunikasi
Pertahankan komunikasi dengan anak dan cek secara teratur bagaimana keadaan mereka. Puji dan tegaskan langkah-langkah yang mereka ambil dalam proses menghadapi situasi seperti itu.
6. Laporkan ke sekolah
Jika perundungan terus berlanjut atau menjadi parah, laporkan ke sekolah dan diskusikan tindakan yang tepat yang harus diambil untuk menghentikannya. Bila perlu, berikan dukungan konseling kepada anak untuk menghadapi dampak psikologis dan keterampilan untuk mengatasinya.
Baca juga: Cerita Prilly Latuconsina Pernah Dibully Banyak Orang Hingga Nyaris Depresi