TEMPO.CO, Jakarta - Lipstik merah yang biasanya menjadi salah satu pelengkap riasan bold dilarang di Korea Utara. Alasannya, Korea Utara memandang riasan yang berwarna merah terang mencolok adalah bentuk pemberontakan yang didoktrin oleh kapitalisme. Pelanggaran akan ditegur polisi mode dan masyarakat sekitar.
Saking banyaknya aturan soal penampilan, ada yang namanya "Gyuchaldae" atau polisi mode untuk menertibkan para pelanggar, yang biasanya terdiri dari para remaja.
Aturan ini dibuat oleh pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Dia mengontrol penuh kehidupan publik dan pribadi masyarakatnya. Sebagian besar produk riasan memang dilarang di negara ini. Alih-alih lipstik merah, kebanyakan wanita di Korea Utara hanya diperbolehkan memakai warna bibir yang terang tapi lembut, asal tidak berwarna merah. Tak hanya itu, bahkan warga negara tersebut hanya diperbolehkan memakai riasan dari merek asli Korea Utara, tidak boleh menggunakan riasan dari merek negara lain.
Lipstik merah memiliki sejarahnya sendiri. Ini bukan sekadar produk makeup untuk meningkatkan rasa percaya diri atau aksesori yang mudah untuk keluar malam. Tapi, hubungan antara wanita dan lipstik merah sebenarnya berakar dari sejarah. Pada awal abad ke-20, lipstik ini identik dengan kekuasaan dan kekuatan, khususnya selama gerakan Suffragettes.
Gerakan tersebut beranggotakan organisasi perempuan akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang memperjuangkan kesetaraan hak pilih bagi perempuan. Saat para wanita ini memperjuangkan haknya, lipstik merah menjadi bagian dari seragam mereka. Merah berani dan tak kenal takut, feminin tapi berani dan kuat. Itu menjadi simbol kekuatan pada saat pria mencoba melepaskannya dari wanita.
Gabriela Hernandez, sejarawan kosmetik dan pendiri Bésame Cosmetics mengatakan, untuk mendapatkan lebih banyak ketenaran dan perhatian pada tujuan mereka, beberapa wanita akan memakai lipstik ke acara publik. "Hal ini dipandang sebagai ciri wanita yang mandiri dan emansipasi, yang pada saat itu dianggap cukup memalukan. Tindakan subversif ini akan menimbulkan kecaman dari pria, dan beberapa wanita yang menganggap wanita ini kurang bermoral," kata dia kepada Teen Vogue.
Pendiri UOMA Beauty Sharon Chuter mengatakan di zaman ini memakai lipstik merah memancarkan perasaan yang sama untuk semua wanita yang memakainya, terlepas dari sejarahnya. “Ketika saya memakai lipstik merah, itu karena saya siap melakukannya. Saya merasa percaya diri atau saya membutuhkan dorongan kepercayaan diri ketika lipstik itu muncul," kata Sharon.
Warna bibir itu sering dipakai perempuan berkepribadian kuat seperti The "Iron Lady" Margaret Thatcher, yang menjabat sebagai perdana menteri Inggris yang selalu berbibir merah, dan anggota Kongres Alexandria Ocasio-Cortez.
Jadi, lipstik merah bukan hanya meningkatkan kepercayaan diri, tapi juga simbol kekuatan yang tertanam dalam sejarah.
NABILA RAMADHANTY PUTRI DARMADI | TIMES OF INDIA | TEEN VOGUE
Baca juga: Alasan Gwen Stefani Ubah Penampilan Ganti Lipstik Merah dengan Warna Lembut
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.