TEMPO.CO, Jakarta - Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bukan hanya serangan fisik, namun penganiayaan secara emosional juga mental pada anggota keluarga yang jadi korban. Lebih buruknya lagi, tindakan ini juga berdampak pada anak. Anak yang menyaksikan KDRT bisa mengalami efek jangka panjang yang menurunkan kualitas hidupnya. Mereka bisa mengalami trauma yang terbawa hingga dewasa.
Dilansir dari Very Well Mind, berikut ini dampak jangka panjang bagi anak yang menyaksikan KDRT.
1. Kecemasan
Ketika merasakan ada hal yang buruk menimpa dirinya, anak akan menjadi gelisah, khawatir sehingga muncul kecemasan terus-menerus yang menggangu. Kecemasan akan semakin mudah muncul akibat rasa khawatir dia bisa mendapatkan perlakuan yang sama. Stigma dari masyarakat yang menganggap anak yang mengalami KDRT saat dewasa akan sama seperti orang tuanya juga dapat menyebabkan anak merasa cemas.
Pada anak-anak prasekolah yang meyaksikan KDRT, akan memiliki perilaku seperti mengisap jempol, mengompol, menangis intens, dan rewel pasca-kejadian.
2. Gangguan Stres Pascatrauma
Trauma karena KDRT menyebabkan perubahan yang signifikan pada otak anak yang sedang berkembang. Perubahan-perubahan ini dapat menyebabkan mimpi buruk, perubahan pola tidur, anak menjadi lekas marah, kesulitan berkonsentrasi, dan terkadang memiliki kemampuan meniru perilaku KDRT yang mereka alami.
3. Gangguan Fisik/ Psikosomatik
KDRT menyebabkan konsekuensi ketegangan mental, terkadang terlihat dari kesejahteraan fisik yang dirasakan anak. Biasanya anak-anak di usia sekolah sering mengeluh sakit kepala dan sakit perut. Pada bayi, ada risiko lebih tinggi mengalami cedera fisik ketika terus menerus berada dalam situasi KDRT yang dilakukan orang tuanya.
4. Perilaku Agresif
Ketika anak-anak bertumbuh di fase remaja dan menyaksikan KDRT, mereka cenderung bertindak dan bereaksi sebagai akibat dari situasi yang dia alami. Mereka bisa saja berkelahi, bolos sekolah, terlibat dalam aktivitas seksual berisiko, atau mencoba narkoba dan alkohol. Dan sangat mungkin melakukan tindakan yang melanggar hukum.
5. Depresi
Dalam jangka panjang anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang kasar dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang depresi. Trauma mendalam ketika menyaksikan KDRT secara rutin menempatkan anak-anak pada risiko tinggi mengalami depresi, kesedihan, masalah konsentrasi, dan gejala depresi lainnya hingga dewasa.
6. Mengulangi Pola Perilaku KDRT
Merasakan rasa sakit, kesedihan dan kecemasan menyaksikan KDRT berpotensi membuat siklus berulang. Misalnya, saat dewasa mungkin saja melakukan tindakan kekerasan pada pasangannya setelah melihat ayahnya pernah melakukannya saat dia berusia anak atau remaja.
JENIATI ARTAULI TAMPUBOLON | VERYWELL MIND
Baca juga: Psikolog Ungkap Langkah yang Perlu Dilakukan Ketika Mengalami KDRT
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.