TEMPO.CO, Jakarta - Tidur berperan penting dalam fungsi kesehatan tubuh. Karena itu, kurang tidur dapat mengakibatkan beberapa masalah kesehatan seperti diabetes, hipertensi, penyakit kardiovaskular, gangguan kemampuan kognitif, dan gangguan kesehatan mental.
Tapi, tahukah bahwa tidur juga memiliki kaitan langsung dengan penurunan berat badan? “Banyak penelitian menunjukkan bahwa tidur yang terbatas dan kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan gangguan metabolisme, penambahan berat badan, dan peningkatan risiko obesitas dan kondisi kesehatan kronis lainnya,” menurut sleepfoundation.org.
Sebuah studi tahun 2022, yang dipresentasikan di European Congress on Obesity (ECO), menyoroti bahwa kurang tidur berkualitas merusak upaya orang untuk menjaga berat badan setelah berdiet, dan bahwa sekitar dua jam aktivitas fisik yang kuat per minggu dapat membantu mendukung tidur yang lebih baik.
“Orang dewasa yang kurang tidur atau memiliki kualitas tidur yang buruk setelah berat badan turun sepertinya gagal mempertahankan penurunan berat badan dibandingkan dengan mereka yang cukup tidur," kata Signe Torekov, pemimpin penelitian, kepada Medical News Today.
Sependapat dengan ahli di penelitian itu, konsultan senior pengobatan masalah tidur Jugendra Singh mengatakan bahwa kekurangan energi dan kantuk atau kelelahan sering kali dilawan oleh kafein dan gula, yang menyebabkan penambahan berat badan dan kurang berolahraga. Tapi, mengapa itu terjadi?
Menurut studi fisiologis, dua hormon, ghrelin dan leptin, adalah penyebabnya. “Ghrelin adalah hormon yang memberi tahu tubuh kapan harus makan, dan ketika kurang tidur, Anda memiliki lebih banyak ghrelin. Leptin adalah hormon yang memberi tahu Anda untuk berhenti makan, dan ketika kurang tidur, Anda memiliki lebih sedikit leptin,” jelasnya.
Dengan demikian, tidur dalam waktu yang kutang memadai cenderung meningkatkan rasa lapar pada orang dewasa, terutama untuk makanan padat kalori dan tinggi karbohidrat, menurut Navneet Sood, konsultan senior dan pemimpin klinis peyakit paru di India. “Efek lain adalah kurang tidur menghasilkan kelelahan, yang mengarah pada penurunan aktivitas fisik yang secara langsung mempengaruhi penambahan dan penurunan berat badan,” tambahnya.
Kortisol atau hormon stres adalah faktor lain yang menyebabkan enaikan berat badan karena kurang tidur. “Kortisol bertanggung jawab atas kemampuan alami tubuh kita untuk bangun di pagi hari dan tertidur di malam hari. Ini adalah yang tertinggi sebelum bangun dan secara bertahap menurun di siang hari sampai mencapai yang terendah di malam hari (menunjukkan kepada tubuh bahwa sudah waktunya untuk tidur). Kadar kortisol tidak turun sebagaimana mestinya pada siang hari ketika kita tidak mendapatkan tidur yang cukup. Ketika kadar kortisol kita meningkat untuk waktu yang lama, tubuh kita diberi sinyal untuk menyimpan lemak dan menggunakan otot untuk energi," kata dia.
Untuk membantu penurunan berat badan, dianjurkan untuk tidur selama 7-8 jam, kata para ahli. “Tidur terus menerus selama 7-8 jam bermanfaat karena membuat tubuh merasa energik, dengan demikian ini memotivasi untuk melakukan aktivitas fisik yang berhubungan langsung dengan penurunan berat badan. Juga, tidur lebih awal mengurangi kemungkinan ngemil larut malam pada junk food/makanan ringan tinggi lemak dan karbohidrat,” kata ahli diet Upasana Sharma, kepala ahli gizi di salah satu rumah sakit di India. "
INDIAN EXPRESS
Baca juga: 6 Tanda Kurang Tidur yang Sering Diabaikan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.