TEMPO.CO, Jakarta - Protein membantu pertumbuhan otot, menangkal rasa lapar, dan membantu penurunan berat badan, jadi nutrisi ini tampaknya baik untuk kesehatan. Tapi ternyata terlalu banyak mengonsumsi protein atau diet tinggi protein dapat menimbulkan efek serius bagi lingkar pinggang dan kesehatan.
Aturan praktisnya adalah memakannya 0,45 gram protein per pon (sekitar 0,45 kilogram) berat badan untuk pria dan 0,35 gram protein per pon untuk wanita, tapi rekomendasi asupan protein bervariasi menurut tingkat aktivitas. Jadi, jika seorang wanita dengan berat badan 150 pon atau 68 kilogram, tidak boleh mengonsumsi lebih dari 52,5 gram protein dalam sehari.
Inilah efek yang merugikan dari diet tinggi protein
1. Haus
Nitrogen dalam protein tidak hanya dapat menimbulkan efek bagi ginjal, tetapi juga dapat membuat merasa kering. "Nitrogen dalam jumlah tinggi bersifat racun. Jadi, agar tetap aman, tubuh menggunakan cairan dan air untuk mengeluarkannya, yang dapat membuat merasa haus," kata ahli diet terdaftar Cassie Bjork, RD, LD dari Healthy Simple Life. Menambah asupan air dapat melawan efeknya.
2. Napas bau
Umumnya orang yang mengonsumsi banyak protein untuk mengurangi karbohidrat. Saat menjalani diet rendah karbohidrat, tubuh mengubah lemak yang disimpan untuk energi. Ini hal baik untuk mengikis lemak perut, tapi tidak terlalu bagus untuk napas. "Bila tidak makan cukup karbohidrat, tubuh membakar lemak dan protein untuk bahan bakar. Proses ini disebut ketosis. Sayangnya, keton memiliki bau yang tidak sedap yang tidak dapat ditutupi dengan menyikat gigi atau flossing," kata ahli diet terdaftar Isabel Smith.
3. Berat badan bertambah
Diet tinggi protein dan rendah karbohidrat dapat membantu menurunkan berat badan pada awalnya, tetapi sebenarnya dapat menyebabkan penambahan berat badan dalam jangka panjang, menurut sebuah penelitian di Spanyol. Tambahan berat badan dalam penelitian itu adalah sepuluh persen dari berat badan awal.
4. Membebani ginjal
Saat menyantap steak, dada ayam, atau sumber pembentuk otot lainnya, berarti juga mengonsumsi nitrogen yang secara alami terdapat dalam asam amino yang membentuk protein. Protein dalam jumlah normal, nitrogen akan keluar. Tetapi ketika makan banyak, ginjal harus bekerja keras untuk membuang semua nitrogen ekstra, jelas Bjork. "Dalam jangka pendek, ini tidak berbahaya bagi kebanyakan orang. Tetapi jika menjalani diet tinggi protein untuk waktu yang lama, Anda dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal," dia memperingatkan.
5. Menambah lemak perut
Ketika mengonsumsi lebih banyak protein daripada yang dibutuhkan tubuh, protein ekstra kemungkinan akan disimpan sebagai lemak, sedangkan kelebihan asam amino akan dibuang begitu saja.
6. Memperpendek umur
Menurut sebuah penelitian di Cell Metabolism yang diikuti ribuan orang dewasa selama hampir 20 tahun, mereka yang makan makanan kaya protein hewani empat kali lebih mungkin meninggal karena kanker daripada mereka yang mengikuti diet rendah protein. Dan temuan lain yang mendukung temuan tersebut. Dalam studi lain yang dikutip oleh WebMD terhadap ribuan orang, peneliti menemukan bahwa pelaku diet tinggi protein memiliki risiko kematian 66 persen lebih besar selama masa studi dibandingkan mereka yang makan lebih sedikit protein.
7. Mual
Diet tinggi protein seperti terlalu banyak mengonsumsi dada ayam, protein shake, dan telur, enzim pencernaan tidak dapat mengimbangi semua protein yang dikonsumsi, kata Bjork. "Hal ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan mual. Mengurangi asupan protein akan meredakan perut yang tidak nyaman," kata dia.
EATTHIS.COM
Baca juga: Berapa Banyak Protein yang Dibutuhkan Tubuh Setiap Hari?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.