TEMPO.CO, Jakarta - Orang sering kali menghitung kalori yang dikonsumsi saat sedang diet. Namun, melacak energi yang diasup dari makanan dan minuman mungkin lebih besar bahayanya daripada manfaatnya. Sebab, penurunan berat badan yang sehat lebih dari sekadar mencatat kalori, tapi juga mencakup olahraga, kualitas tidur, tingkat stres, dan masalah kesehatan.
Perhitungan kalori yang cermat pun tidak selalu memberikan hasil yang akurat. "Gagasan tentang 'kalori masuk dan kalori keluar' dalam hal penurunan berat badan tidak hanya kuno, tetapi salah," kata Fatima Cody Stanford, spesialis obesitas dan asisten profesor kedokteran dan pediatri di Harvard Medical School. Dua orang dapat memakan jumlah kalori yang sama persis, dampaknya terhadap berat badan bisa sangat berbeda.
Ahli gizi India, Rujuta Diwekar, juga menganjurkan untuk memeriksa kontrol porsi makanan, bukan jumlah kalori. "Penghitungan kalori tidak ilmiah tetapi mengurangi kesehatan menjadi angka bermanfaat untuk industri farmasi-makanan-penurunan berat badan, begitulah cara kerja bisnis. Ini tidak terkait dengan kesehatan masyarakat yang multidisiplin," tulisnya dalam tweet.
Inilah kerugian menghitung jumlah kalori makanan yang dilansir dari Times of India.
1. Bikin stres
Baca Juga:
Menghitung kalori seringkali menambah stres seseorang. Studi menunjukkan bahwa membatasi asupan makanan dengan melacak kalori dapat meningkatkan stres psikologis. Tidaklah sehat untuk mengkhawatirkan setiap potongan makanan yang konsumsi.
Orang yang memiliki riwayat makan yang tidak teratur harus menghindari penghitungan kalori untuk menurunkan berat badan. Bagi mereka yang sudah memiliki atau pulih dari gangguan makan, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum melacak kalori.
2. Mengabaikan isyarat lapar
Tubuh tahu apa yang dibutuhkannya lebih dari yang bisa diketahui teknologi. Ketika makan berdasarkan jumlah kalori, kita menggunakan isyarat eksternal untuk memandu makan kita daripada isyarat alami yang membantu kita makan secara intuitif.
Berfokus sepenuhnya pada kalori dapat mengganggu isyarat lapar yang dibawa sejak lahir. Akhirnya, orang bisa makan meski tidak perlu baik karena merasa memiliki jatah kalori yang tersisa, atau mengabaikan rasa lapar mereka karena mereka telah mencapai batas alokasi kalori untuk hari itu. Belajar kembali untuk mengikuti isyarat internal mengarah pada diet yang lebih seimbang dan perjalanan penurunan berat badan yang lebih sehat.
3. Bisa makan berlebihan
Sebuah studi tahun 2014 di British Journal of Sports Medicine menekankan bahwa tubuh mengatur penyimpanan kalori, apakah menyimpannya sebagai lemak, menggunakannya untuk energi, atau menerapkannya ke beberapa mekanisme lain. Aplikasi penghitung kalori memberi kesan bahwa orang dapat melatih diri sendiri kembali ke lingkungan hijau. Namun, tubuh tidak membakar kalori makanan seperti itu.
Jika makan berlebihan dan kemudian mencoba mengatasinya, orang akan berolahraga dalam waktu yang sangat lama, tergantung pada ukuran junk food yang dikonsumsi. Tubuh menjadi lebih lapar dan makan lebih banyak.
4. Tidak menikmati makanan
Makan adalah pengalaman yang dapat memberi kegembiraan dan kepuasan yang luar biasa, jika melihat makanan apa adanya daripada jumlah kalori yang dikandungnya. Jika memiliki sepiring makanan favorit tapi menghitung kalori, maka orang tidak akan menikmati makanan dan menikmati setiap gigitan. Di sisi lain, jika menghargai makanan dan merasa bersyukur atas potongan itu, maka orang akan mendapatkan pengalaman yang lebih kaya dengan makanan. Pengalaman itu akan membantu perjalanan penurunan berat badan.
Baca juga: Orang yang Tidak Sarapan Cenderung Makan Lebih Banyak Kalori, Menurut Studi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.