TEMPO.CO, Jakarta - Enam bulan setelah pindah ke New York, Amerika Serikat Putri Mako atau yang kini dikenal, Mako Komuro dilaporkan telah menghabiskan waktunya di sebuah lembaga budaya Amerika. Mako menjadi sukarelawan di Metropolitan Museum of Art di Upper East Side Manhattan.
Menurut sumber Japan Times, Mako bekerja tanpa bayaran dan kemungkinan besar membantu departemen Seni Asia museum dengan pameran gulungan gantung yang menggambarkan adegan-adegan dalam kehidupan Ippen, seorang biksu keliling yang menyebarkan agama Buddha pada abad ke-13. Sebuah esai yang ditulis oleh Mako tentang gulungan gantung oleh seniman abad ke-20 Yamada Shinzan saat ini diposting di situs web Met, sebagaimana diadaptasi oleh John T. Carpenter, kurator seni Jepang di museum.
Seorang mantan kurator Met mengatakan kepada People bahwa pekerjaan Mako di museum kemungkinan termasuk menangani karya seni dan melakukan penelitian. “Dia memenuhi syarat dan mungkin menangani potongan-potongan dalam koleksi,” kata kurator itu, seperti dilansir dari laman Vanity Fair. “Secara umum, ini adalah pekerjaan yang membutuhkan banyak persiapan dan seringkali berarti menghabiskan banyak waktu di perpustakaan.”
Mako belajar seni dan warisan budaya di International Christian University di Toyko sebagai sarjana dan pada tahun 2016, ia memperoleh gelar master dalam studi museum di University of Leicester.
Mantan putri itu menjadi pusat perhatian publik setelah melepaskan gelarnya sebagai seorang putri untuk menikahi suaminya, Kei Komuro. Dalam sebulan pernikahan mereka di gedung pengadilan yang sederhana, pasangan itu pindah dari Tokyo ke New York, di mana Kei telah mendapatkan pekerjaan di sebuah firma hukum. Sejak itu, Mako terlihat di Bed, Bath & Beyond berbelanja barang-barang rumah tangga pada bulan November, dan pada bulan Februari, Kei terlihat menunggu Uber di pusat tes Manhattan setelah dilaporkan mengikuti Ujian Negara untuk kedua kalinya.
Dalam konferensi pers setelah mereka menikah, Mako Komuro dan Kei Komuro mengungkapkan tentang dampak pemberitaan negatif dan perhatian pada keluarga Kei terhadap kesehatan mental mereka, membuat perbandingan langsung dengan kepergian Meghan Markle dan Pangeran Harry. Sebagian besar anggota wanita dari keluarga kekaisaran Jepang melepaskan gelar mereka setelah menikah dan biasanya diberikan pembayaran pemerintah sebesar USD 1,3 juta sebagai imbalan untuk melepaskan status bangsawan. Karena sifat kontroversial hubungannya dengan Kei, Mako menolak pembayaran.
VANITY FAIR
Baca juga: Profil Putri Mako, Keponakan Kaisar Jepang yang Menikah dengan Rakyat Biasa
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.