TEMPO.CO, Jakarta - Glaukoma, penyakit mata yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan dan kebutaan, umumnya dialami orang dewasa. Namun, kondisi ini juga bisa terjadi pada bayi dan anak-anak meskipun kejadiannya sangat jarang.
Kondisi ini merusak saraf di bagian belakang mata yang disebut saraf optik dan menyebabkan hilangnya penglihatan atau kebutaan secara bertahap.
Glaukoma kongenital terjadi saat lahir sedangkan glaukoma infantil terjadi dalam tiga tahun pertama kehidupan. Bentuk lain dari glaukoma yang disebut glaukoma juvenil dapat terjadi pada anak-anak hingga usia sepuluh tahun.
Glaukoma pada anak-anak relatif jarang. Glaukoma kongenital/bayi primer terjadi pada 1 dalam 10.000 kelahiran. "Glukoma pada masa kanak-kanak, juga dikenal sebagai glaukoma kongenital primer, adalah penyakit yang cukup langka. Penyakit ini sebagian besar disebabkan oleh cacat bawaan yang menyebabkan peningkatan tekanan mata saat lahir," kata Sandeep Buttan, Global Technical Lead Eye Health ASIA di Sightsaver, organisasi yang memiliki mitra di negara berkembang untuk mengobati dan mencegah kebutaan.
Bayi dan anak-anak dengan glaukoma biasanya juga memiliki tanda dan gejala yang berbeda dari orang dewasa. Pada orang dewasa, ada beberapa gejala yang mungkin tidak disadari. Jadi, cara terbaik untuk mewaspadai glaukoma pada orang dewasa adalah melalui skrining.
“Tetapi pada anak-anak, tanda-tanda umum glaukoma adalah kornea keruh, mata berair berlebihan, keengganan terhadap cahaya dan terkadang juga ketidakmampuan untuk membuka mata,” kata Buttan.
Ketiga gejala ini merupakan indikator dari seorang anak yang menderita glaukoma. Dalam kasus seperti itu, anak harus dibawa ke rumah sakit dan pengobatan harus dimulai sedini mungkin.
Banyak kasus glaukoma pediatrik tidak memiliki penyebab spesifik yang dapat diidentifikasi dan dianggap sebagai glaukoma primer. Ketika glaukoma disebabkan oleh atau terkait dengan kondisi atau penyakit tertentu, itu disebut glaukoma sekunder.
Contoh kondisi yang dapat dikaitkan dengan glaukoma masa kanak-kanak termasuk Sindrom Axenfeld-Reiger, kelainan mata yang ditandai dengan kelainan bagian depan mata, aniridia atau kelainan mata yang ditandai dengan tidak adanya iris seluruhnya atau sebagian, Sindrom Sturge-Weber atau kondisi neurologis/neurofibromatosis yang menyebabkan tumor terbentuk pada jaringan saraf, penggunaan steroid kronis, trauma, atau operasi mata sebelumnya seperti pengangkatan katarak pada masa kanak-kanak, kata Bukhari.
"Tidak semua pasien dengan kondisi ini akan berkembang menjadi glaukoma, tetapi insiden glaukoma mereka jauh lebih tinggi dari rata-rata, dan mereka harus dipantau secara teratur," kata Bukhari.
Bukhari mengatakan bahwa glaukoma pediatrik diobati dengan menurunkan tekanan intraokular (TIO) dengan obat-obatan dan/atau pembedahan. Sebagian besar kasus glaukoma pediatrik primer diobati dengan pembedahan.
Glaukoma merupakan penyebab utama kebutaan setelah katarak. Karena itu, WHO menetapkan Hari Glaukoma Sedunia yang diperingati setiap 12 Maret untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit ini.
TIMES OF INDIA
Baca juga: Deteksi Dini Glaukoma Kurangi Risiko Mata Buta
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.