TEMPO.CO, Jakarta - Mentega mendapatkan reputasi yang buruk selama beberapa dekade terakhir. Mentega sering dikaitkan dengan lemak jenuh, jenis lemak tidak sehat yang terkait dengan penyakit jantung dan kondisi kronis lainnya.
Namun, ada banyak kesalahpahaman seputar lemak yang menyebabkan mentega dianggap tidak sehat. "Mentega memiliki reputasi buruk tetapi lemak belum tentu buruk,” kata jelas dokter Zoe William di This Morning ITV.
Seperti yang ditunjukkan oleh dokter Zoe, mentega mengandung lemak. Tapi jika ingin mengonsumsinya dengan cara yang lebih sehat, hindari makanan tertentu yang membuatnya tambah buruk. Itulah yang membentuk pola makan seseorang secara keseluruhan, kata dia.
"Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah mengurangi makanan bergula dan diproses tinggi, seperti kue kering, manisan, dan keripik. Jika bisa mengurangi makanan-makanan itu, tidak perlu mengurangi mentega,” dia menjelaskan.
Mentega mengandung campuran lemak jenuh dan lemak tak jenuh, kata dokter Zoe. Dia mengatakan, perbedaan antara lemak jenuh dan lemak tak jenuh telah membagi orang ke dalam kubu yang bertentangan.
"Kita cenderung berpikir lemak jenuh itu buruk dan lemak tak jenuh itu baik, tetapi sebagian besar makanan seperti mentega mengandung keduanya," katanya.
Pembahasan mentega dapat ditelusuri kembali sejak era 50-an, di mana penelitian pertama kali menemukan hubungan antara lemak jenuh dan penyakit jantung, jelas dokter Zoe. Kesimpulannya saat itu adalah bahwa diet tinggi lemak jenuh meningkatkan kolesterol tinggi.
Secara umum, lemak jenuh terutama berasal dari sumber hewani dan lemak tak jenuh berasal dari lebih banyak produk nabati. Lemak jenuh ditemukan dalam banyak makanan, baik yang manis maupun yang gurih. Sebagian besar berasal lemak ini dari sumber hewani, termasuk daging dan produk susu, serta beberapa makanan nabati, seperti minyak kelapa sawit dan minyak kelapa.
Makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi antara lain daging berlemak, olahan daging, keju, biskuit, permen cokelat, minyak kelapa sawit dan minyak kelapa, serta sebagian tumbuhan dan hewan.
Lemak tak jenuh dapat berupa tak jenuh tunggal atau tak jenuh ganda. Menurut NHS, lemak tak jenuh tunggal membantu melindungi jantung dengan mempertahankan kadar kolesterol baik atau HDL sekaligus mengurangi kadar kolesterol jahat atau LDL.
Meningkatkan kadar kolesterol HDL dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung, adapun kadar LDL yang tinggi meningkatkan risikonya.
Lemak tak jenuh tunggal ditemukan pada minyak zaitun, minyak lobak, dan olesan yang dibuat dari minyak ini, alpukat, dan kacang-kacangan.
Lemak tak jenuh ganda juga dapat membantu menurunkan kadar kolesterol LDL jahat dalam darah darah. Sumber makanannya antara lain jagung, bunga matahari, dan beberapa jenis kacang.
Baca juga: Margarin Belum Tentu Lebih Sehat daripada Mentega, Ini Alasannya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.